METODOLOGI PENGEMBANGAN
BACA TULIS ALQUR’AN AUD
“METODE
AL-BARQY”
KELOMPOK 6:
TIARA DWI ANNISA 1200808
SUCILA ENGGRAINI 1200809
RAHMADANI 1200810
CICI RATNA SARI 1200811
HANY RESKA PUTRI 1200812
GUSTIKA 1200813
PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA
DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
METODE
AL-BARQY
1. Sejarah
ringkas metode Al-Barqy
Metode
Al-Barqy ditemukan oleh Muhadjir Sulthon. Beliau adalah seorang dosen IAIN
Sunan Ampel Surabaya pada tahun 1965.
Penggunaan
metode AL-Barqi dilatar belakangi oleh pengalaman penyusun dalam mengajar
karena banyak murid yang mengalami kesulitan dalam belajar dan menuliskan huruf
AL-Qur’an. Kemudian ia melihat bahwasanya selama ini pengajaran baca tulis
huruf Al-Qur’an seakan-akan terpisah dari pengajaran bahasa lainnya. Untuk
itulah ada beberapa para ahli yang ikut dalam menyusun metoda ini memikirkan
bagaimana pengajaran baca tulis Al-Quran di sesuaikan dengan pendekatan global
dan kebutuhan anak. Dalam bahasa arab mempunyai fonim yang sempurna dimana
adanya satu suku kata, satu huruf dan tidak ada huruf rangkap, hal ini berbeda
dengan bahasa inggris, dalam satu suku kata mungkin diawali dengan tiga atau
empat huruf kemudian antara tulisan tidak sama dengan bunyi.
2. Prinsip
dan pendekataan dalam penggunaan metode Al-Barqi
Metode
ini sifatnya bukanlah mengajar namun mengenal dan mendorong anak untuk mampu
membaca dan menulis Al-Qur’an. Sehingga peran guru itu sama dengan istilah Tut
Wuri Handayani. Anak telah diangggap memiliki persiapan dan sedikit
pengetahuan, kemudian anak membuka bukunya atau melihat alat peraga atau
tulisan yang ada di papan tulis, maka anak tinggal membaca sendiri, memilih,
dan memadukan sendiri. Bagi anak TK guru pada awalnya mengenalkan terlebih dahulu
huruf-huruf hijaiyahnya. Sehingga metode ini telah memenuhi syarat Cara Belajar
Siswa Aktif (CBSA).
Metode
ini dikenal dengan metode system delapan jam, hal ini sesuai dengan segala
umur, baik untuk anak TK, SD, SMP bahkan untuk anak SMA hanya enam jam.
Metode
ini menggunakan pendekatan global yang bersifat analitik sintetik. Dimana
menggunakan kata lembaga sebagai kata kunci yang harus dihafal dan diingat.
Tiap kata lembaga hanya ada empat suku kata, karena jumlah huruf yang dicapai
lebih sedikit, yaitu setengah dari jumlah huruf arab yang mirip dengan bunyi
Indonesia. Kemudian tiap-tiap suku kata itu memiliki arti hingga mudah dipahami
dan diingat oleh anak, sehingga hal ini dapat meningkatkan daya ingat dan menjauhkan
anak dari sifat lupa.
Adapun
kata lembaga itu yaitu:
1. A-DA-RA-JA
2. MA-HA-KA-YA
3. KA-TA-WA-NA
4. SA-MA-LA-BA
Metode
ini menggunakan system sebagai berikut:
Pertama : pengamatan sebuah struktur kata dan
kalimat
Kedua : pemisahan
Ketiga
: pemilihan
Keempat : pemaduan
Untuk
menggunakan keempat system ini di TK maka dapat dengan melalui permaian dan
alat peraga yang menarik agar lebih memudahkan anak dalam mengenal dan membaca
huruf hijaiyah. Kemudian metode ini juga memiliki teknik penyajian yaitu:
a. Mengadakan
pengelompokkan bunyi untuk mengenal dan memindahkan dari huruf yang telah
dikenal ke huruf yang sulit
b. Menggunakan
isyrat bunyi
c. Mengelompokkan
bentuk huruf untuk memudahkan belajar menyambung
d. Menggunakan
pengenalan dengan titian unta( urutan yang mengarah ketika mengajarkan sukun
dan tasydid
e. Menggunakan
latihan bacaan (drill) dalam mengenalkan makhraj maupun kepekaan terhadap huruf
dan kefasihan membaca
f. Kosentrasi
dengan titian ingatan untuk mengingatsewaktu lupa
3. Kelebihan
metode Al-Barqi
Adapun
kelebihan metode ini yaitu:
a. Sangat
cocok untuk semua jenis usia, baik anak TK, SD, SMP, maupun SMA sederajat.
b. Hanya
dengan system kilat atau menggunakan system delapan jam
c. Meningkatkan
daya ingat dan mencegah kelupaan
d. Mengenalkan
hurufyang lebih mudah pengucapannya terlebih dahulu
e. Anak
mudah menghafal dan mengingat setiap kata atau huruf karena setiap lembaga
hanya terdiri empat suku kata dan memiliki bunyi yang sama dengan bahasa
Indonesia
f. Bagi
anak TK belajar dengan metode ini sangat bagus dan tidak membosankan karena
adanya permainan dan alat peraga yang menarik
g. Menggunakan
system dan teknik yang akurat dan menarik
h. Sangat
tepat bila pembelajarannya dengan klasikal maupun massal
i.
Dapat dengan menggunakan nyanyian agar
pembelajaran lebih hidup
4. Kelemahan
metode Al-Barqi
Disamping
memiliki kelebihan menurut kami metode ini juga memiliki kelemahan yaitu: guru
hanya mengenalkan beberapa huruf hijaiyyah saja pada awal pembelajaran sehingga
anak kurang memiliki pengetahuan huruf hijaiyyah dengan lengkap. Pengenalan
huruf hijaiyyah semuanya dilakukan pada akhir pembelajaran nanti.
5. Cara
pembelajaran atau metode Al-Barqi
Adapun cara
pembelajaran metode ini yaitu:
1) Fase
analitik
·
Guru mengucapkan kata lembaga pertama
yaitu: A-DA-RA-JA, tidak boleh di eja, kemudian minta anak unutk menirukan
lakukan secara berulang hingga anak mampu menghafalnya. Untuk lebih menarik
minta anak untuk memejamkan matanya kemudian mengucapkan huruf atau suku kata.
·
Kemudian ketika anak melihat atau
mengucapkan suku kata pada lembaga pertama maka guru menunjuk pada suku kata
yang di ucapkan ataupun sebaliknya ketika guru menunjuk pada suku kata maka
anak melihat dan mengucapkannya
·
Kemudian kata lembaga pertama dibagi
menjadi dua yaitu: A-DA dan RA-JA
·
Guru menunjuk atau memperlihatkan dua
suku kata saja yaitu pada kata A-DA saja. Dan meminta anak untuk
menyebutkannya, guru dapat melakukannya dengan berulang dan di balik missal
A-DA, DA-A. begitu pula pada dua suku kata berikutnya yaitu RA-JA, JA-RA.
·
Kata lembaga pertama di bagi menjadi
satu suku kata yaitu, A. DA, RA dan JA
·
Untuk mematangkan anak pada bunyi dan
makhraj maka dapat melakukannya secara berulang seperti, a-a-a, da-da-da,
ra-ra-ra dan ja-ja-ja
·
Kemudian untuk mengevaluasinya maka guru
dapat menunjukkan huruf tertentu dan minta beberapa anak untuk mengucapkannya.
Misalnya guru dapat menggunakan permainan berupa berburu harta karun, guru
menyembunyikan huruf pada suatu kotak dan mintak anak untuk mencarinya jika
anak bisa menemukannya maka guru meminta anak tersebut untuk mengucapkannya.
·
Begitu juga pada kata lembaga kedua,
ketiga dan keempat
2) Fase
sintetik
Yaitu satu huruf atau suku kata digabung dengan suku
yang lain sehingga menjadi suatu bacaan. Misal suku kata a-ra-ja digabungkan
menjadi araja atau ajara sehingga bisa menjadi sebuah kata yang bisa dibaca
.
3) Fase
penulisan
·
Anak dapa menebali pada tulisan yang
samar atau pola huruf yang bergaris putus-putus
·
Guru menunjukkan jalan pena atau pensil menurut
arah panah
·
Setelah dianggap baik maka biasakan anak
untuk terus berlatih menebalkan tulisan sehingga ia mampu menuliskannya sendiri
·
Mengenalkan beberapa variasi bentuk
huruf
4)
Fase pengenalan bunyi a-i-u
(fathah-kasrah-dammah)
Dapat
dilakukan dengan tiga cara
Pertama:
·
Adaraja – mahakaya – katawana - samalaba
·
Idiriji – mihikiyi – kitiwini – similibi
·
Uduruju – muhukuyu – kutumunu – sumulubu
Kedua:
·
Adaraja – idiriji – uduruju
Ketiga:
·
a-i-u, da-di-du, ra-ri-ru dan ja-ji-ju
5)
fase pemindahan
Untuk memudahkan pengenalan bunyi huruf yang
sulit, maka dekatkan huruf atau bunyi yang mudah dengan huruf yang sulit.
Seperti pada barisan atas kita tulis huruf da maka di bawahnya ditulis huruf
dza, kemudian sa maka dibawahnya huruf sya.
6)
Fase pengenalan tanwin
Kita mengingatkan
kepada anak jika ada dua baris yang ada di atas kita sebut dengan fathahtain,
dua baris dibawah dhammahtain dan dua baris didepan disebut dengan kasrahtain.
Misal an-in-un dengan menambahkan huruf n dibelakang kata.
7)
Fase pengenalan mad (bacaan panjang)
Untuk sementara
dalam memudahkan anak mengenalkan atau manandai bahwa huruf itu panjang atau
pendek maka guru dapat memberikan tanda berupa titik, jika panjangnya satu
ketuk maka tandanya satu titik, jika panjangnya dua ketukan tandanya dua titik,
jika panjang tiga ketukan maka ditandai dengan tiga titik, begitulah
selanjutnya. Kemudian anak juga diminta untuk membuatkan tanda titik jika guru
membaca hurufnya. Maka secara pelan tapi pasti anak akan memahami tanda mad
dalam membaca Al-Qur’an.
8)
Fase pengenalan sukun
Yaitu dengan
cara mengenalkan sukun membuat titian
unta seperti ada - add, ara- arr, aja- ajj dan sebagainya. Untuk lebih menarik
maka dapat dilakukan dengan nyanyian.
9)
Fase pengenalan nama huruf
Nama-nama huruf
dikenalkan dengan cara membaca nama huruf harus dengan al, misalnya al-ba’,
al-jim bukan hanya ba’ , jim saja. Selain dengan seperti ini secaratidak
langsung bisa mengenalkan huruf qommariyyah dan huruf syamsiyah pada anak.
10)
Fase pengenalan menyambung
Untuk
mengenalkan menyambung maka ada hal yang harus diperhatikan dalam teknik menulis yaitu: dengan mengenalkan cara menuliskan
hurif yang dapat disambung dimulai dengan di awal, di tengah dan di akhir.
Daftar
Pustaka
Sulthon,
Muhadjir. 1996. Al-Barqy System 8 Jam.
Surabaya: CV. Pena Suci
http://id.scribd.com/doc/49910584/metode-baca-tulis-Al-Quran
diakses 26 April 2014
0 komentar:
Posting Komentar