UTS
“ Metodologi Pemgembangan Kognitif AUD“
Disusun Oleh :
Nama : CICI RATNA SARI
Nim : 1200811 / 2012
Dosen Pembimbing :
Nuhafizah, M. pd
JURUSAN PG –
PAUD REGULER
FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2014
1 1. Jelaskan
pengertian pengembangan kognitif anak dan kenapa kognitif perlu dikembangkan
sejak usia dini !!!
Jawab :
a)
Pengertian
pengembangan kognitif anak
·
Definisi Perkembangan Kognitif
Apabila dilihat dari peristilahan yang sering
ditukar-pakaikan maka pada dasarnya istilah intelektual adalah sama
pengertiannya dengan istilah kognitif. Pada pembahasan berikutnya kedua istilah
tersebut akan digunakan secara bergantian sesuai dengan konteks kalimatnya dan
para ahli yang mendefinisikan tentang hal tersebut. Kognitif berhubungan dengan
intelegensi, kognitif lebih bersifat pasif atau statis yang merupakan potensi
atau daya untuk memahami sesuatu. Potensi kognitif ditentukan pada saat
konsepsi, (pembuahan) namun terwujud atau tidaknya potensi kognitif tergantung
dari lingkungan dan kesempatan yang diberikan. Potensi kognitif yang dibawa
sejak lahir atau merupakan faktor keturunan yang akan menentukan batas
perkembangan tingkat intelegensi (batas maksimal).
Menurut Werner yang dikutip oleh Monks, dkk ,
pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna
dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada
perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali. Dalam
pertumbuhan, ahli psikologi tidak membedakan antara perkembangan dan
pertumbuhan, bahkan ada yang lebih memgutamakan pertumbuhan. Sebenarnya,
istilah pertumbuhan dimaksudkan untuk menujukkan bertambah besarnya ukuran
badan dan fungsi fisik murni. Menurut banyak ahli psikologi, istilah
perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat yang khas mengenai gejala
psikologis yang muncul.
Perkembangan menurut Berardo yang dikutip
oleh Santrock ialah pola gerakan atau perubahan yang dimulai dari pembuatan dan
terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan. Kebanyakan perkembangan meliputi
pertumbuhan, walaupun perkembangan juga mencakup pembusukan (seperti dalam
kematian dan orang mati). Pola atau pernyataan-pernyataan dari
kelompok-kelompok penekan yang sangat vokal. Para pembuat kebijakan sering
terjebak dalam isu-isu ideologis dan moral yang diperdebatkan secara panas,
seperti keluarga berencana dan aborsi, atau undang-undang perawatan anak dan
cuti melahirkan. Pada poin ini, tidak ada indikasi yang jelas bahwa
perbedaan-perbedaan yang tajam tentang peran keluarga dan pemerintah akan
diselesaikan sesuai dengan solusi yang rasional di masa depan yang dekat.
Maka perkembangan manusia dapat didefinisikan sebagai suatu yang
merujuk pada perubahan-perubahan tertentu yang terjadi dalam sepanjang siklus
kehidupan manusia, sejak masa konsepsi sampai mati, tidak dapat berulang, tidak
dapat diputar kembali, dan bersifat tetap. Perubahan yang dimaksud dapat berupa
perubahan secara kuantitatif dan perubahan secara kualitatif. Perubahan secara
kuantitatif itu seperti perubahan dalam tinggi badan, penguasaan jumlah
kosakata, perubahan berat badan, dan sebagainya. Sedangkan perubahan secara
kualitatif, seperti perubahan dalam struktur dan organisasi dalam kemampuan
berpikir, perubahan dalam kemampuan melakukan koordinasi gerakan motorik kasar
dan motorik halus, perubahan dalam mengelola emosi, perubahan kemampuan sosial
dan sebagainya.
Perkembangan adalah seumur hidup (lifelong) yang dimaksud adalah tidak
ada periode usia yang mendominasi perkembangan. Para peneliti semakin
mempelajari penaglaman dan orientasi psikologis orang dewasa pada saat yang
berbeda dalam perkembangan mereka. Perkembangan meliputi keuntungan dan
kerugian, yang berinteraksi dalam cara yang dinamis sepanang siklus kehidupan.
Perkembangan adalah multidimensional, maksudnya adalah perkembangan
terdiri atas dimensi-dimensi yang berupa dimensi biologis, kognitif, dan
sosial. Bahkan dalam satu dimensi seperti intelegensi, ada banyak komponen,
seperti intelegensi abstrak, intelegensi nonverbal, intelegensi sosial, dan
lain-lain.
Perkembangan adalah lentur (plastis), maksudnya ia bergantung pada
kondisi kehidupan individu, perkembangan dapat mengambil banyak jalan. Suatu
agenda penelitian perkembangan kunci ialah pencarian akan kelenturan dan
hambatan-hambatannya. Misalnya, para peneliti telah mendemonstrasikan bahwa
kemampuan penalaran orang dewasa dapat ditingkatkan melalui pelatihan.
Perkembangan melekat secara kesejarahan (historically embredded), yang
dipengaruhi oleh kondisi-kondisi kesejarahan. Pengalaman orang-orang yang
berusia 40 tahun yang hidup pada masa Depresi Berat (Great Depression) sangat
berbeda dari pengalaman orang-orang yang berusia 40 tahun yang hidup pada akhir
Perang Dunia II yang optimistik. Orientasi karir kebanyakan perempatan berusia
30 tahun pada tahun 1990-an sangat berbeda dari orientasi karir kebanyakan
perempuan berusia 30 tahun pada tahun 1950-an. Perkembangan dipelajari oleh
sejumlah disiplin. Para psikolog, sosiologi, antorpologi, neurosains, peneliti
kesehatan, dan dunia pendidikan semuanya mempelajari perkembangan manusia dan
berbagai persoalan untuk membuka misteri perkembangan sepanjang masa hidup.
Perkembangan adalah kontekstual. Individu secara tegrus menerus
merespons dan bertindak berdasarkan konteks, yang meliputi make up biologis,
lingkungan lingkungan fisik, serta konteks sosial, kesejarahan, dan kebudayaan
seseorang. Dalam pandangan kobtekstual, individu dilihat sebagai makhluk yang
sedang berubah di dalam dunia yang sedang berubah.
Menurut Myrnawati,kognitif adalah proses yang
terjadi secara internal didalam otak pada waktu manusia sedang berpikir atau
proses pengolahan informasi.
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya knowing,
berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi) ialah perolehan,
penataan,dan penggunaan pengetahuan. Kognitif adalah proses yang terjadi secara
internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang berpikir.
Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap, sejalan dengan perkembangan
fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan syaraf. Kognitif adalah
suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai,
dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan
dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai
minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar .
Beberapa ahli psikologi yang berkecimpung dalam bidang pendidikan
mendefinisikan intelektual atau kognitif dengan berbagai peristilahan :
o
Terman
mendefinisikan bahwa kognitif adalah kemampuan untuk berfikir secara abstrak
o
Colvin
mendefinisikan bahwa kognitif adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan
o
Henman
mendefinisikan bahwa kognitif adalah intelektual ditambah dengan pengetahuan
o
Hunt
mendefinisikan bahwa kognitif adalah teknik untuk memproses informasi yang
disediakan oleh indra
Seperti halnya defenisi intelegensi menurut
Gardner. Menurut Gardner intelegensi sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah
atau untuk menciptakan karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan atau lebih.
Lebih lanjut Gardner mengajukan konsep pluralistis dari intelegensi dan
membedakannya kepada delapan jenis intelegensi. Dalam kehidupan sehari-hari,
intelegensi itu tidak berfungsi dalam bentuk murni, tetapi setiap individu
memiliki campuran yang unik dari sejumlah intelegensi yaitu intelegensi linguistic,
ligis,spasial, musik, kinestetika, intrapribadi dan antarpribadi, dan
naturalistis.
Perkembangan Kognitif adalah perkembangan dari pikiran. Pikiran adalah
bagian dari berpikir dari otak, bagian yang digunakan yaitu untuk pemahaman,
penalaran, pengetahuan, dan pengertian. Pikiran anak mulai aktif sejak lahir,
dari hari ke hari sepanjang pertumbuhannya. Perkembangan pikirannya, seperti:
(1) belajar tentang orang, (2) belajar tentang sesuatu, (3) belajar tentang
kemampun-kemampuan baru, (4) memperoleh banyak ingatan, dan (5) menambah banyak
pengalaman. Sepanjang perkembangannya pikran anak, maka anak akan menjadi lebih
cerdas .
·
Definisi Anak Usia Dini
Anak Usia Dini menurut NAEYC (National
Association Educational Young Children) merupakan sosok individu yang sedang
menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan
selanjutnya, berada pada rentang usia 0-8 tahun.
Sedangkan anak usia dini disarikan menurut Undang-undang Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa mereka adalah anak
yang berada pada rentang usia sejak lahir sampai dengan enam tahun. Dan jika
disesuaikan dengan pendapat internasional, maka anak usia dini di Indonesia
adalah mereka yang sejak lahir ( usia 0 tahun) hingga memasuki jenjang SD awal.
Namun beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa sejak masa konsepsi
(dalam kandungan), janin telah berkembang dan terbukti telah dapat dilakukan
stimulasi yang dapat mengembangkan berbagai kepekaan dan kemampuan dasarnya.
Berdasarkan hal tersebut penulis meyakini bahwa pendidikan atau stimulasi
pendidikan sudah mulai dapat dilakukan sejak dalam kandungan, karena itu yang
lebih dini sebelum kelahiran. Maka penulis sepakat bahwa anak usia dini adalah
sosok makhluk yang berkembangan dan bertumbuh dengan pesat serta fundamental
sejak masa konsepsi hingga usia 8 tahun setelah kelahiran.
·
Definisi Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas,
maka dapat ditarik suatu pengertian bahwa perkembangan kognitif anak usia dini
adalah sesuatu yang merujuk pada perubahan-perubahan pada proses berpikir
sepanjang siklus kehidupan anak sejak konsepsi hingga usia delapan tahun.
b 2.
Kenapa
kognitiif perlu dikembangkan sejak usia dini
Adapun proses kognisi meliputi berbagai aspek
seperti persepsi, ingatan, pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan masalah.
Sehubungan dengan hal ini Piaget berpendapat, bahwa pentingnya pendidik mengembangkan
kognitif adalah :
o
Agar
anak mampu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan apa yang dilihat,
didengar dan rasakan, sehingga anak akan memiliki pemahaman yang utuh dan
komprehensif.
o
Agar
anak mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa dan kejadian yang pernah
dialaminya.
o
Agar
anak mampu mengembangkan pemikiran-pemikirannya dalam rangka menghubungkan satu
peristiwa dengan peristiwa lainnya.
o
Agar
anak mampu memahami simbol-simbol yang tersebar di dunia sekitarnya.
o
Agar
anak mampu melakukan penalaran-penalaran, baik yang terjadi secara alamiah
(spontan), maupun melalui proses ilmiah (percobaan).
o
Agar
anak mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya, sehingga pada akhirnya
anak akan menjadi individu yang mampu menolong dirinya sendiri.
Menurut Sunaryo Kartadinata dakan jurnal pendidikan Pedagogia Vol. 1
April 2003 yang telah dikutip oleh Ahmad Susanto menyebutkan bahwa perkembangan
otak, struktur otak anak tumbuh terus setelah lahir. Sejumlah riset menunjukkan
bahwa pengalaman usia dini, imajinasi yang terjadi, bahasa yang didengar, buku
yang ditunjukkan, akan turut membentuk jaringan otak.
Dengan demikian, melalui pengembangan kognitif, fungsi pikir dapat
digunakan dengan cepat dan tepat untuk mengatasi suatu situasi untuk memecahkan
suatu masalah.
2 3. Siapa
sajakah tokoh-tokoh konsern dalam perkembangan kognitif dan jelaskan bagaimana
perbedaan teori dari masing-masing tokoh tersebut !!!
Jawab :
Ada beberapa tokoh yang merumuskan teori
kognitif berdasarkan hasil penelitian mereka masing-masing, beberapa
diantaranya yang terkenal adalah Jean Piaget, Bruner, Lev Vygotsky.
a) Teori
Kognitif Jean Piaget
Para ahli perkembangan anak bersepakat bahwa
anak bukan seorang dewasa kecil karena hingga mencapai usia 15 tahun, anak
tidak dapat dapat membuat alasan atas tindakannya seperti orang dewasa.
Informasi ini didasarkan pada karya Jean Piaget yang oleh Siti Aisyah , seorang
ahli perkembangan biologi yang mendedikasikan hidupnya untuk mengamati dan
mencatat secara dekat kemampuan intelektual bayi, anak dan adolesen.
Tahapan-tahapan perkembangan yang dirumuskan oleh Piaget berhubungan dengan
pertumbuhan otak. Menurut Piaget, otak manusia tidak berkembang sepenuhnya
hingga akhir masa adolesen. Bahkan otak laki-laki kadang-kadang tidak berkembang
sepenuhnya hingga awal masa dewasa.
·
Inteligensi
Latar belakang Piaget dalam bidang Zoology
cukup terlihat dari defenisi inteligensi yang dikemukakannya bahwa intelegensi
adalah dasar fungsi hidup yang membantu organisme beradapatasi dengan
lingkunggannya. Ia mengamati penyesuaian seperti itu dengan melihat bagaimana
seorang anak toodler menyalakan televisi, bagaimana anak usia sekolah
memutuskan membagi lilin kepada teman-temannya atau seorang remaja yang
beranjak dewasa berjuang dan berhasil memecahkan masalah geometri yang sulit.
Piaget juga mengemukakan bahwa intelegensi adalah suatu bentuk keseimbangan
yang menjadi kecendrungan semua sturktur kognitif. Maksudnya adalah semua
kegiatan intelektual dilakukan dengan satu tujuan dalam pikirannya, yaitu menghasilkan
keseimbangan atau keharmonisan hubungan antara proses berpikir seseorang dengan
lingkungannya. Piaget menekankan bahwa anak-anak bersifat aktif dan merupakan
penjelajah yang selalu ingin tahu. Ia secara terus menerus merasa ditantang
oleh banyak rangsangan dan kejadian yang tidak langsung dapat ia mengerti. Dia
meyakini bahwa ketidakseimbangan antara bentuk berpikir anak dan kejadian dalam
lingkungannya, memaksa anak membuat penyesuaian mental yang membuatnya dapat
memecahkan pengalaman baru yang membingungkan dan kemudian menghasilkan
keseimbangan kognitif.
·
Skema
Kognitif: Susunan Intelegensi
Piaget menggunakan istilah skema untuk
mendeskripsikan model atau struktur mental yang kita ciptakan untuk
mempersentasikan, mengorganisasi, dan menginterpretasi pengalaman kita. Piaget
mendeskripsikan tiga macam susunan intelektual yaitu:
o
Skema
perilaku (Sensori Motor)
Skema perilaku adalah pola atau bentuk
perilaku yang terorganisasi dan digunakan anak untuk menampilkan kembali dan
merespons suatu benda atau pengalaman. Untuk bayi berumur 9 bulan, sebuah bola
tidak diterima dengan konsep sebuah mainan berbentuk bundaryang mempunyai nama
resmi, melainkan sebuah benda yang dapat dipeluk dan digelindingkan oleh dia
dan teman-temannya.
o
Skema
simbolik
Selama tahun kedua, anak mencapi tingkatan,
dimana ia dapat memecahkan masalah dan berpikir tentang benda dan kejadian
tanpa harus menyentuh atau mengalaminya. Dengan kata lain, mereka mampu untuk
menampilkan kembali pengalamannya secara mental dan menggunakan symbol mental
atau skema simbolik ini untuk mencapai tujuan mereka. Contoh: anak usia 16
tahun dapat mencontoh perilaku buruk temannya pada hari lain dan tidak langsung
pada hari itu juga.
o
Skema
operasional
Menurut Piaget pikiran anak 7 tahun dan anak
yang lebih tua diwarnai oleh skema operasional. Pengertian operasi kognitif
adalah suatu kegiatan mental secara internal yang ditunjukkan seseorang pada
objek yang dipikirkannya untuk mencapai kesimpulan yang logis. Contoh: anak 8
tahun akan berpikir bahwa pola plastisin (plastisin berbentuk bola) yang
diratakan/dipipihkan jumlahnya sama dari sebelumnya karena ia akan dengan mudah
mengembalikan dalam bentuk aslinya dengan tangannya. Namun anak yang berusia 5
tahun mugkin akan berpikir bahwa palstisin yang diratakan mempunyai jumlah
lebih banyak dari bentuk sdebelumnya karena dapat menutup area yang lebuh luas.
Meskipun ia dapat memahami bahwa plastisin yang diratakan tersebut dapat
dibentuk menjadi bola kembali namun ia tetap berpikir bahwa jumlah plastisin
yang diratakan lebih banyak dari jumlah plastisin berbentuk bola.
Dalam skema Piaget menyatakan bahwa ketika
anak berusaha membangun pemahaman mengenai dunia, otak berkembang membentuk
skema. Inilah tindakan atau representasi mental yang mengatur pengalaman.dalam
teori Piaget, skema perilaku( aktivitas fisik) merupakan ciri dari masa bayi
dan skema mental (aktivitas kognitif) berkembang pada masa kanak-kanak. Skema
bayi disusun melalui tindakan sederhana yang bias dilakukan terhadap
objek-objek, seperti menyedot, melihat, dan menggenggam. Anak yang lebih tua
mempunyai skema yang meliputi strategi pengklafikasian objek menurut ukuran,
bentuk, atau warna.
b) Teori
Kognitif Bruner
Dalam teori perkembangan kogintif menurut
Bruner dikatakan bahwa dalam evolusi perkembangan manusia, Bruner menemukan
tiga bentuk system berpikir manusia yang menstruktur kemampuan manusia dalam
memahami dunianya yaitu :
·
Enactive
representation, yakni membangun kemampuan berfikir melalui pengalaman empiric
atau pengalaman nyata.
·
Iconic representation,berkaitan
dengan kemampuan manusia dalam menyimpan pengalaman empiric dalam ingatannya.
·
Symbolic
representation berkaitan dengan kemampuan manusia dalam memahami konsep dan
peristiwa yang disajikan melalui bahasa.
c) Teori
Kognitif Lev Vygotsky
Terdapat dua hal pokok yang dirumuskan dalam
teori kognitif yang dikembangkan oleh Vygotsky sebagai berikut :
·
Konsep
ZPD (Zone of Proximal Development) yang diterapkan melalui scaffolding yaitu
proses pemberian bimbingan pada siswa berdasarkan pengetahuan dan keterampilan
yang telah dimiliknya kepada apa yang harus diketahuinya.
·
Scaffolding
merupakan aspek penting dalam pembelajaran, terutama dalam pembelajaran untuk
anak usia dini.
4. Buatlah
karakteristik perkembangan kognitif anak pada tiap tahapan usia dan bagaimana
mengembangankannya !!!
Jawab
:
Menurut Piaget, pikiran anak-anak
dibentuk bukan oleh ajaran orang dewasa atau pengaruh lingkungan lainnya.
Anak-anak memang harus berinteraksi dengan lingkungan untuk berkembang, namun
merekalah yang membangun struktur-struktur kognitif baru dalam dirinya. Piaget
juga yakin bahwa individu melalui empat tahap dalam memahami dunia.
Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berfikir yang
khas/berbeda.
Tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget adalah sebagai berikut:
Tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget adalah sebagai berikut:
a.
Tahap Sensori Motor.
Tahap ini merupakan tahap pertama. Tahap ini dimulai sejak lahir sampai usia 2 tahun. Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan-tindakan fisik.
Dengan berfungsinya alat-alat indera serta kemampuan kemampuan-kemampuan melakukan gerak motorik dalam bentuk refleks ini, maka seorang bayi berada dalam keadaan siap untuk mengadakan hubungan dengan dunianya.
Tahap ini merupakan tahap pertama. Tahap ini dimulai sejak lahir sampai usia 2 tahun. Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan-tindakan fisik.
Dengan berfungsinya alat-alat indera serta kemampuan kemampuan-kemampuan melakukan gerak motorik dalam bentuk refleks ini, maka seorang bayi berada dalam keadaan siap untuk mengadakan hubungan dengan dunianya.
Piaget membagi tahap sensori motor ini kedalam 6 periode, yaitu:
·
Periode
1: Penggunaan Refleks-Refleks (Usia 0-1 bulan)
Refleks yang paling jelas pada periode ini adalah refleks menghisap (bayi otomatis menghisap kapanpun bibir mereka disentuh) dan refleks mengarahkan kepala pada sumber rangsangan secara lebih tepat dan terarah. Misalnya jika pipi kanannya disentuh, maka ia akan menggerakkan kepala kearah kanan.
Refleks yang paling jelas pada periode ini adalah refleks menghisap (bayi otomatis menghisap kapanpun bibir mereka disentuh) dan refleks mengarahkan kepala pada sumber rangsangan secara lebih tepat dan terarah. Misalnya jika pipi kanannya disentuh, maka ia akan menggerakkan kepala kearah kanan.
·
Periode
2: Reaksi Sirkuler Primer (Usia 1-4 bulan)
Reaksi ini terjadi ketika bayi menghadapi sebuah pengalaman baru dan berusaha mengulanginya. Contoh: menghisap jempol.
Pada contoh menghisap jempol, bayi mulai mengkoordinasikan 1). Gerakan motorik dari tangannya dan 2). Penggunaan fungsi penglihatan untuk melihat jempol.
Reaksi ini terjadi ketika bayi menghadapi sebuah pengalaman baru dan berusaha mengulanginya. Contoh: menghisap jempol.
Pada contoh menghisap jempol, bayi mulai mengkoordinasikan 1). Gerakan motorik dari tangannya dan 2). Penggunaan fungsi penglihatan untuk melihat jempol.
·
Periode
3: Reaksi Sirkuler sekunder (Usia 4-10 bulan)
Reaksi sirkuler primer terjadi karena melibatkan koordinasi bagian-bagian tubuh bayi sendiri, sedangkan reaksi sirkuler sekunder terjadi ketika bayi menemukan dan menghasilkan kembali peristiwa menarik diluar dirinya.
Reaksi sirkuler primer terjadi karena melibatkan koordinasi bagian-bagian tubuh bayi sendiri, sedangkan reaksi sirkuler sekunder terjadi ketika bayi menemukan dan menghasilkan kembali peristiwa menarik diluar dirinya.
·
Periode
4: Koordinasi skema-skema skunder (Usia 10-12 bulan)
Pada periode ini bayi belajar untuk mengkoordinasikan dua skema terpisah untuk mendapatkan hasil. Contoh: suatu hari Laurent (anak Piaget) ingin memeluk kotak mainan, namun Piaget menaruh tangannya ditengah jala. Pada awalnya Laurent mengabaikan tangan ayahnya. Dia berusaha menerobos atau berputar mengelilinginya tanpa menggeser tangan ayahnya. Ketika Piaget tetap menaruh tangannya untuk menghalangi anaknya, Laurent terpaksa memukul kotak mainan itu sambil melambaikan tangan, mengguncang tubuhnya sendiri dan mengibaskan kepalanya dari satu sisi ke sisi lain. Akhirnya setelah beberapa hari mencoba, Laurent berhasil menggerakkan perintang dengan mengibaskan tangan ayahnya dari jalan sebelum memeluk kotak mainan. Dalam kasus ini, Laurent berhasil mengkoordinasikan dua skema terpisah yaitu: 1). Mengibaskan perintang 2). Memeluk kotak mainan.
Pada periode ini bayi belajar untuk mengkoordinasikan dua skema terpisah untuk mendapatkan hasil. Contoh: suatu hari Laurent (anak Piaget) ingin memeluk kotak mainan, namun Piaget menaruh tangannya ditengah jala. Pada awalnya Laurent mengabaikan tangan ayahnya. Dia berusaha menerobos atau berputar mengelilinginya tanpa menggeser tangan ayahnya. Ketika Piaget tetap menaruh tangannya untuk menghalangi anaknya, Laurent terpaksa memukul kotak mainan itu sambil melambaikan tangan, mengguncang tubuhnya sendiri dan mengibaskan kepalanya dari satu sisi ke sisi lain. Akhirnya setelah beberapa hari mencoba, Laurent berhasil menggerakkan perintang dengan mengibaskan tangan ayahnya dari jalan sebelum memeluk kotak mainan. Dalam kasus ini, Laurent berhasil mengkoordinasikan dua skema terpisah yaitu: 1). Mengibaskan perintang 2). Memeluk kotak mainan.
·
Periode
5: Reaksi Sirkuler Tersier (Usia 12-18 bulan)
Pada periode 4, bayi memisahkan dua tindakan untuk mencapai satu hasil tunggal. Pada periode 5 ini bayi bereksperimen dengan tindakan-tindakan yang berbeda untuk mengamati hasil yang berbeda-beda. Contoh: Suatu hari Laurent tertarik dengan meja yang baru dibeli Piaget. Dia memukulnya dengan telapak tangannya beberapa kali. Kadang keras dan kadang lembut untuk mendengarkan perbedaan bunyi yang dihasilkan oleh tindakannya.
Pada periode 4, bayi memisahkan dua tindakan untuk mencapai satu hasil tunggal. Pada periode 5 ini bayi bereksperimen dengan tindakan-tindakan yang berbeda untuk mengamati hasil yang berbeda-beda. Contoh: Suatu hari Laurent tertarik dengan meja yang baru dibeli Piaget. Dia memukulnya dengan telapak tangannya beberapa kali. Kadang keras dan kadang lembut untuk mendengarkan perbedaan bunyi yang dihasilkan oleh tindakannya.
·
Periode
6: Permulaan Berfikir (Usia 18-24 bulan)
Pada periode 5 semua temuan-temuan bayi terjadi lewat tindakan fisik, pada periode 6 bayi kelihatannya mulai memikirkan situasi secara lebih internal sebelum pada akhirnya bertindak. Jadi, pada periode ini anak mulai bisa berfikir.dalam mencapai lingkungan, pada periode ini anak sudah mulai dapat menentukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan internal, tetapi juga dengan koordinasi internal dalam gambaran atau pemikirannya.
Pada periode 5 semua temuan-temuan bayi terjadi lewat tindakan fisik, pada periode 6 bayi kelihatannya mulai memikirkan situasi secara lebih internal sebelum pada akhirnya bertindak. Jadi, pada periode ini anak mulai bisa berfikir.dalam mencapai lingkungan, pada periode ini anak sudah mulai dapat menentukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan internal, tetapi juga dengan koordinasi internal dalam gambaran atau pemikirannya.
b. Tahap
Pemikiran Pra-Operasional
Tahap ini berada pada rentang usia antara 2-7 tahun. Pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar atau simbol. Menurut Piaget, walaupun anak-anak pra sekolah dapat secara simbolis melukiskan dunia, namun mereka masih belum mampu untuk melaksanakan “ Operation (operasi) ”, yaitu tindakan mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak melakukan secara mental yang sebelumnya dilakukan secara fisik.
Perbedaan tahap ini dengan tahap sebelumnya adalah “ kemampuan anak mempergunakan simbol”. Penggunaan simbol bagi anak pada tahap ini tampak dalam lima gejala berikut:
Tahap ini berada pada rentang usia antara 2-7 tahun. Pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar atau simbol. Menurut Piaget, walaupun anak-anak pra sekolah dapat secara simbolis melukiskan dunia, namun mereka masih belum mampu untuk melaksanakan “ Operation (operasi) ”, yaitu tindakan mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak melakukan secara mental yang sebelumnya dilakukan secara fisik.
Perbedaan tahap ini dengan tahap sebelumnya adalah “ kemampuan anak mempergunakan simbol”. Penggunaan simbol bagi anak pada tahap ini tampak dalam lima gejala berikut:
·
Imitasi
tidak langsung
Anak mulai dapat menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau dilihat, yang sekarang bendanya sudah tidak ada lagi. Jadi pemikiran anak sudah tidak dibatasi waktu sekarang dan tidak pula dibatasi oleh tindakan-tindakan indrawi sekarang.
Contoh: anak dapat bermain kue-kuean sendiri atau bermain pasar-pasaran. Ini adalah hasil imitasi.
Anak mulai dapat menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau dilihat, yang sekarang bendanya sudah tidak ada lagi. Jadi pemikiran anak sudah tidak dibatasi waktu sekarang dan tidak pula dibatasi oleh tindakan-tindakan indrawi sekarang.
Contoh: anak dapat bermain kue-kuean sendiri atau bermain pasar-pasaran. Ini adalah hasil imitasi.
·
Permainan
Simbolis
Sifat permainan simbolis ini juga imitatif, yaitu anak mencoba meniru kejadian yang pernah dialami.
Contoh: anak perempuan yang bermain dengan bonekanya, seakan-akan bonekanya adalah adiknya.
Sifat permainan simbolis ini juga imitatif, yaitu anak mencoba meniru kejadian yang pernah dialami.
Contoh: anak perempuan yang bermain dengan bonekanya, seakan-akan bonekanya adalah adiknya.
·
Menggambar
Pada tahap ini merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan gambaran mental. Unsur pada permainan simbolis terletak pada segi “kesenangan” pada diri anak yang sedang menggambar. Sedangkan unsur gambaran mentalnya terletak pada “usaha anak untuk memulai meniru sesuatu yang riel”.
Contoh: anak mulai menggambar sesuatu dengan pensil atau alat tulis lainnya.
Pada tahap ini merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan gambaran mental. Unsur pada permainan simbolis terletak pada segi “kesenangan” pada diri anak yang sedang menggambar. Sedangkan unsur gambaran mentalnya terletak pada “usaha anak untuk memulai meniru sesuatu yang riel”.
Contoh: anak mulai menggambar sesuatu dengan pensil atau alat tulis lainnya.
·
Gambaran
Mental
Merupakan penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau. Gambaran mental anak pada tahap ini kebanyakan statis. Anak masih mempunyai kesalahan yang sistematis dalam mengambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia amati.
Contoh yang digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan hitam.
Merupakan penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau. Gambaran mental anak pada tahap ini kebanyakan statis. Anak masih mempunyai kesalahan yang sistematis dalam mengambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia amati.
Contoh yang digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan hitam.
·
Bahasa
Ucapan
Anak menggunakan suara atau bahasa sebagai representasi benda atau kejadian. Melalui bahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain tentang peristiwa kepada orang lain.
Anak menggunakan suara atau bahasa sebagai representasi benda atau kejadian. Melalui bahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain tentang peristiwa kepada orang lain.
c.
Tahap Operasi berfikir Kongkret
Tahap ini berada pada rentang usia 7-11 tahun.tahap ini dicirikan dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan yang logis. Anak sudah mengembangkan operasi logis. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
Tahap ini berada pada rentang usia 7-11 tahun.tahap ini dicirikan dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan yang logis. Anak sudah mengembangkan operasi logis. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
·
Pengurutan
Yaitu kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
Yaitu kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
·
Klasifikasi
Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).
Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).
·
Decentering
Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap gelas lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding gelas kecil yang tinggi.
Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap gelas lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding gelas kecil yang tinggi.
·
Reversibility
Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
·
Konservasi
Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi gelas yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi gelas lain.
Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi gelas yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi gelas lain.
·
PenghilangansifatEgosentrisme
Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, Lala menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Baim memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Lala kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Lala akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Baim.
Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, Lala menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Baim memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Lala kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Lala akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Baim.
d.
Tahap Operasi berfikir Formal
Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam
teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia 11 tahun dan terus
berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan
untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan
dari informasi yang tersedia.
Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Pada tahap ini, remaja telah memiliki kemampuan untuk berpikir sistematis, yaitu bisa memikirkan semua kemungkinan untuk memecahkan suatu persoalan. Contoh: ketika suatu saat mobil yang ditumpanginya mogok, maka jika penumpangnya adalah seorang anak yang masih dalam tahap operasi berpikir kongkret, ia akan berkesimpulan bahwa bensinnya habis. Ia hanya menghubungkan sebab akibat dari satu rangkaian saja. Sebaliknya pada remaja yang berada pada tahap berfikir formal, ia akan memikirkan beberapa kemungkinan yang menyebabkan mobil itu mogok.
Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Pada tahap ini, remaja telah memiliki kemampuan untuk berpikir sistematis, yaitu bisa memikirkan semua kemungkinan untuk memecahkan suatu persoalan. Contoh: ketika suatu saat mobil yang ditumpanginya mogok, maka jika penumpangnya adalah seorang anak yang masih dalam tahap operasi berpikir kongkret, ia akan berkesimpulan bahwa bensinnya habis. Ia hanya menghubungkan sebab akibat dari satu rangkaian saja. Sebaliknya pada remaja yang berada pada tahap berfikir formal, ia akan memikirkan beberapa kemungkinan yang menyebabkan mobil itu mogok.
J 5. Jelaskan
pemahaman saudara teori Multiple intelegensi dan bagaimana pengembangan
masing-masing jenis kecerdasan dalam kecerdasan jamak tersebut !!!
Jawab :
a) Pemahaman
tentang teori Multiple Intelegensi
Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan adalah
kemampuan yang berkaitan dengan tiga hal, yaitu kemampuan untuk 1) memecahkan
masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, 2) menghasilkan
persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan, dan 3) menciptakan sesuatu atau
menawarkan jasa yang akan memberikan penghargaan dalam budaya setempat. Dalam
bukunya yang lain Gardner mendefenisikan kecerdasan sebagai potensi
biopsikologi yang digunakan sebagai pengolah informasi yang dapat dikembangkan
sesuai dengan lingkungan budaya untuk memecahkan permasalahan atau menciptakan
sesuatu (karya) yang bermanfaat bagi lingkungannya. Selanjutnya Gardner
menjelaskan, sebagai potensi biologis kecerdasan akan meningkat sesuai dengan
pertambahan usia dan mencapai puncaknya pada saat dewasa dan menurun pada saat
tua, sedang kecerdasan sebagai potensi psikologis kecerdasan akan berkembang
akibat terjadinya proses belajar dan terbentuknya pengalaman hidup pada diri
individu. Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan Gardner tersebut dapat
dinyatakan bahwa kecerdasan sebagai suatu kemampuan yang dimiliki individu yang
dapat berkembang secara alami dan dapat pula dikembangkan melalui pembelajaran
dan pengalaman. Ini berarti lingkungan dapat berperan dalam membantu individu
untuk mengembangkan kemampuannya. Samples mengemukakan bahwa kecerdasan
merupakan kemampuan melakukan sesuatu yang bermanfaat dalam masyarakat di
lingkungan sekitar. Sedang Gottfredson yang dikutip Elliott, dkk mengemukakan
bahwa kecerdasan merupakan kemampuan mental yang bersifat umum, yang
diantaranya sebagai kemampuan untuk menelaah (to reason), merencanakan,
memecahkan masalah, berpikir abstrak, mengemukakan ide-ide, belajar cepat dan
belajar dari pengalaman. Dua pendapat tersebut menegaskan bahwa kecerdasan
sebagai suatu kemampuan. Kemampuan tersebut berfungsi untuk menelaah,
merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, mengemukakan ide-ide serta
yang terpenting adalah kemampuan tersebut berkaitan dengan belajar.
Pendapat lain tentang kecerdasan dikemukakan
oleh Lazear yang menyatakan bahwa seseorang yang cerdas adalah 1) mereka yang
dapat memecahkan permasalahan yang mereka hadapi dalam hidupnya, 2) mereka yang
dapat menghadapi berbagai tantangan hidup dengan kreatif, dan 3) mereka yang
dapat menghasilkan berbagai hal bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
Pendapat ini menunjukkan bahwa kecerdasan berkaitan dengan kemampuan untuk
mengupayakan sesuatu, yaitu memecahkan masalah, menghadapi tantangan, dan
menghasilkan sesuatu. Selanjutnya Lazear menambahkan dari definisi awal
Gardner, bahwa kecerdasan itu adalah jalan/cara yang dapat digunakan untuk
mengetahui apa-apa yang kita ketahui, pahami, pelajari, bagaimana memproses
informasi, dan memperoleh knowlodge. Pendapat ini lebih memperinci bahwa
kecerdasan berkaitan dengan kemampuan untuk mengetahui apa-apa yang sudah
dimiliki individu sebagai suatu bentuk kemampuan. Berkaitan dengan kemampuan,
Gagne, Leslie dan Wager menyatakan bahwa kemampuan merupakan suatu daya atau
kekuatan sebagai hasil belajar yang dapat diketahui. Berarti kemampuan dapat
diperoleh setelah seseorang menyelesaikan kegiatan belajar. Kemampuan tersebut
sebagai bentuk hasil belajar yang dapat ditingkatkan dan diketahui. Ini
berarti, ada proses yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dan menentukan
kemampuan yang dimiliki seseorang.
Dari segi terminology jamak berarti banyak atau lebih dari satu.
Berarti kecerdasan jamak itu kecerdasan yang lebih dari satu. Dalam bahasa
aslinya kecerdasan jamak dikenal dengan istilah Multiple Intellegence(MI).
Teori Multiple Intelligences bertujuan
untuk mentransformasikan sekolah agar kelak sekolah dapat mengakomodasi
setiap siswa dengan berbagai macam pola pikirnya yang unik. Howard Gardner
(1993) menegaskan bahwa skala kecerdasan yang selama ini dipakai, ternyata
memiliki banyak keterbatasan sehingga kurang dapat meramalkan kinerja yang
sukses untuk masa depan seseorang.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di
atas, maka dapat dinyatakan bahwa pengertian kecerdasan jamak dalam penelitian
ini dibatasi pada kemampuan yang dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran.
Pembatasan ini dilakukan dengan mengacu kepada Armstrong yang mengemukakan
bahwa berbagai kegiatan dapat membantu anak untuk mengembangkan kecerdasan
jamak dan Gardner menegaskan bahwa kecerdasan jamak dapat digunakan sebagai
pendekatan dan tujuan (goal) dalam pembelajaran. Selanjutnya Sonawat dan Gogri
mengemukakan bahwa kecerdasan jamak dapat digunakan untuk membantu anak belajar
dengan lebih baik. Dengan demikian, rancangan kegiatan belajar di Taman
Kanak-kanak yang memperhatikan indikator setiap aspek kecerdasan jamak dapat
mengembangkan kemampuan anak sesuai dengan indikator pada setiap aspek
kecerdasan jamak. Gardner berkeyakinan bahwa semua manusia memiliki bukan hanya
satu kecerdasan (inteligensi) melainkan group abilities.
Dengan demikian kecerdasan MI adalah berbagai
jenis kecerdasan yang dapat dikembangkan pada anak, antara lain
verbal-linguistik (kemampuan menguraikan pikiran dalam
kalimat-kalimat,presentasi pidato,diskusi,tulisan), logical-mathematical
(kemampuan logika-matematik dalam memacahkan berbagai masalah), visual spatial
(kemampuan berpikir tiga dimensi), bodily-kinesthetic (keterampilan
gerak,menari,olahraga), musical (kepekaan dan kemampuan berekspresi dan bunyi,
nada, melodi, irama), intrapersonal (kemampuan memahami dan kengendalikan diri
sendiri), interpersonal (kemampuan memahami dan menyesuaikan diri dengan orang
lain), naturalist ( kemampuan memahami dan memanfaatkan lingkungan).
Kecerdasan jamak yaitu pandangan baru tentang kecerdasan yang
dikemukakan Gadner (seperti yang dituliskan Thomas Amstrong “Menerapkan Multiple Intelligences di Sekolah” Kaifa 2004 hal 2), meliputi kecerdasan
linguistik, kecerdasan matematis-logis, kecerdasan spasial, kecerdasan
kinestetis-jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan
intrapersonal, kecerdasan natural dan kecerdasan spiritual
6. Bagaimana
pengembangan masing-masing jenis kecerdasan dalam kecerdasan jamak
1. Kecerdasan
Linguistik (Linguistic Intelligence)
Kecerdasan linguistik merupakan kecerdasan
dalam menggunakan kata secara efektif baik secara lisan maupun tulisan.
Kecerdasan ini memiliki empat ketrampilan yaitu menyimak, membaca, menulis dan
berbicara. Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan linguistik adalah kemampuan
menggunakan bahasa untuk menyatakan gagasan tentang dirinya dan memahami orang
lain serta untuk mempelajari kata-kata baru atau bahasa lain.
Dapat dinyatakan bahwa kecerdasan linguistik adalah kemampuan yang tergambar
melalui ciri-ciri, yaitu mudah a) mendengar dan merespon setiap suara dan
ungkapan kata, b) menirukan suara, bahasa, membaca, dan menulis, c) belajar
melalui menyimak, membaca, menulis dan diskusi, d) menyimak, memahami,
menguraikan, menafsirkan dan mengingat apa yang diucapkan, e) memahami,
meringkas, menafsirkan atau menerangkan, dan mengingat apa yang telah dibaca,
f) berbicara kepada berbagai pendengar, berbagai tujuan, dan mengetahui cara
berbicara secara sederhana, fasih, persuasif, atau bergairah pada waktu-waktu
yang tepat, g) menulis, memahami dan menerapkan aturan-aturan tata bahasa,
ejaan, tanda baca, dan menggunakan kosakata,
h) mempelajari bahasa lainnya, i) membuat tulisan, puisi, bercerita,
debat, berbicara, menulis atau menyunting, j) menciptakan bentuk-bentuk bahasa
baru atau karya tulis orisinil atau komunikasi oral.
Cara mengembangkan kecerdasan linguistik pada anak sejak usia dini :
·
Mengajak
anak berbicara sejak bayi
·
Membacakan
cerita atau mendongeng sebelum tidur atau kapan saja sesuai situasi dan kondisi.
·
Berdiskusi
tentang berbagai hal yang ada di sekitar anak.
·
Bermain
peran.
·
Memperdengarkan
dan memperkenalkan lagu anak-anak
2. Kecerdasan
Logika Matematis (logical mathematical intelligence).
Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan logika
matematis adalah kemampuan untuk memahami dasar-dasar operasional yang
berhubungan dengan angka dan prinsip-prinsip serta kepekaan melihat pola dan
hubungan sebab akibat serta pengaruh. Sedangkan Armstrong mengemukakan
kecerdasan logika matematis berkenaan dengan kemampuan menggunakan angka dengan
baik dan melakukan penalaran yang benar. Selanjutnya Lazear mengemukakan
kecerdasan logika matematis diperlihatkan sebagai pola berpikir yang bervariasi
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti pembuatan daftar, prioritas
untuk menghasilkan sesuatu dan suatu perencanaan untuk masa depan. Kemampuan
tersebut ditunjukkan melalui aktivitas membuat perhitungan, mengukur,
mempertimbangkan perbandingan ukuran dan hipotesis serta kemampuan memecahkan
masalah matematis yang kompleks. Anak-anak yang memiliki kecerdasan ini
biasanya berpikir secara numerik atau dalam konteks pola serta dalam urutan
yang logis.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat dinyatakan
bahwa kecerdasan logika matematis adalah kemampuan yang memiliki ciriciri,
seperti mudah a) melakukan operasional angka seperti menghitung, b) membuat
ulasan berdasarkan penalaran, c) mengurutkan, d) berpikir sebab akibat, e)
merumuskan hipotesis, f) merumuskan keteraturan konseptual atau pola numerik
dan g) merumuskan pandangan hidup yang rasional.
Cara mengembangkan kecerdasan logika matematika pada anak antara lain
dengan cara :
·
Bermain
puzzle, permainan ular tangga, domino dll
·
Mengenal
bentuk geometri.
·
Mengenalkan
bilangan melalui sajak berirama dan lagu.
·
Eksplorasi
pikiran melalui diskusi dan olah pikir ringan.
·
Memperkaya
pengalaman berinteraksi dengan konsep matematika
3.
Kecerdasan Visual Spasial (Picture Smart)
Kecerdasan visual spasial merupakan kemampuan
untuk memvisualisasikan gambar untuk memecahkan sesuatu masalah atau menemukan
jawaban.
Cara mengembangkan kecerdasan visual spasial pada anak adalah sebagai
berikut :
·
Mencorat
coret.
·
Menggambar
dan melukis.
·
Kegiatan
membuat prakarya atau kerajinan tangan.
·
Mengunjungi
berbagai tempat dapat memperkaya pengalaman visual anak.
·
Melakukan
permainan konstruktif dan kreatif.
·
Mengatur
dan merancang
4.
Kecerdasan Kinestetik (Body Smart)
Kecerdasan kinestetik adalah suatu kecerdasan
dimana saat menggunakannya seseorang mampu atau terampil menggunakan anggota
tubuhnya untuk melakukan gerakan seperti berlari, menari, membangun sesuatu,
melakukan kegiatan seni dan hasta karya.
Cara menstimulasi kecerdasan kinestetik pada anak antara lain sebagai
berikut :
·
Menari
·
Bermain
peran / drama.
·
Latihan
ketrampilanfisik
·
Olahraga
5.
Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence)
Kecerdasan musikal adalah kemampuan memahami
aneka bentuk musikal dengan cara mempersepsi (penikmat musik), membedakan
(kritikus musik), mengubah (composer) dan mengekspresikan (penyanyi).
Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan musikal merupakan kemampuan untuk
mendengar dan mengenali pola, mengingat dan bereaksi sesuai dengan musik yang
didengar, serta menghasilkan musik dengan intonasi suara, irama, dan warna
nada. Sedang Lazear berpendapat bahwa kecerdasan musikal berkaitan dengan
aktivitas mendengar bunyi seperti suara di radio yang memunculkan senandung.
Pendapat lain dari Amstrong yang menyatakan bahwa kecerdasan musikal merupakan
kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal dengan cara mempersepsi, membedakan,
menggubah dan mengekspresikan. Ketiga pendapat tersebut menunjukkan bahwa
kecerdasan musikal meliputi kepekaan terhadap pola-pola bunyi, irama, warna
nada dan warna suara. Anak-anak yang memiliki kecerdasan ini sering bernyanyi,
bersenandung, atau bersiul soorang diri. Mereka juga peka terhadap suara-suara
non-verbal di lingkungan mereka, atau di sekolah, seperti misalnya kerik
jangkerik, dan dering bel di kejauhan.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat dinyatakan
bahwa kecerdasan musikal adalah kemampuan yang memiliki ciri-ciri, seperti
mudah a) memahami dan menangkap nada, irama, dan warna nada, serta memainkan
alat musik di rumah atau di sekolah, b) bereaksi terhadap alunan musik bahkan
yang rumit sekalipun dan memunculkan emosi sesuai dengan musik yang didengar,
c) mengingat melodi lagu, dan suka belajar apabila ada iringan musik, d)
bernyanyi untuk diri sendiri atau untuk orang lain dengan mengikuti irama
musik.
Cara mengembangkan kecerdasan musikal anak antara lain sebagai berikut
:
·
Beri
kesempatan pada anak untuk melihat kemampuan yang ada pada diri mereka,buat
mereka lebih percaya diri.
·
Pengalaman
empiris yang praktis, buatlah penghargaan terhadap karya-karya yang dihasilkan
anak.
·
Ajak
anak menyanyikan lagu-lagu dengan syair sederhana dengan irama dan birama yang
mudah diikuti.
6.
Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)
Kecerdasan interpersonal adalah berpikir
lewat berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Kegiatan yang mencakup
kecerdasan interpersonal yakni memimpin, mengorganisasi, berinteraksi,
berbagi,menyayangi, berbicara, sosialisasi, menjadi pendamai, permainan
kelumpok, klub, teman-teman, kelompok dan kerjasama.
Gardner membahas kecerdasan intrapersonal bersamaan dengan kecerdasan
interpersonal. Keduanya dikenalkan sebagai kecerdasan diri (the personal
intelligences). Dalam uraiannya, Gardner memisahkan antara kecerdasan
intrapersonal dan kecerdasan interpersonal. Kecerdasan intrapersonal menurut
Gardner merupakan kemampuan memahami hal-hal yang berkaitan dengan
perasaan-perasaan yang ada pada diri sendiri, seperti perasaan senang ataupun
sedih, apa yang dapat ia lakukan, apa yang ingin ia lakukan, bagaimana ia
bereaksi terhadap hal-hal tertentu, hal-hal yang mana yang perlu dihindari, dan
hal-hal yang mana yang didekati. Sedang Lazear menyatakan bahwa kecerdasan
intrapersonal merupakan kemampuan introspeksi diri yang membuka peluang untuk
merefleksi diri sehingga menyadari semua aspek dalam diri, seperti pengetahuan
tentang perasaan sendiri, proses berpikir, refleksi diri dan rasa tentang
hasrat yang dimiliki yang bertumpu pada dua hal, yaitu identitas diri dan
kemampuan (ability) untuk mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri.
Kemudian Armstrong mengemukakan bahwa kecerdasan intrapersonal merupakan
kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut.
Ketiga pendapat tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan intrapersonal berkaitan
dengan pemahaman dan penyesuaian terhadap diri sendiri. Dengan kata lain,
kecerdasan intrapersonal meliputi kemampuan yang berkaitan dengan keadaan
manusia secara internal, seperti refleksi diri, berpikir meta-kognisi, yaitu
mengkait-kaitkan informasi yang sudah ada dan yang baru diterima dalam pikiran
(mind), serta menyadari adanya kenyataan-kenyataan spiritual.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat dinyatakan
bahwa kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan mengekspresikan diri yang dapat
digambarkan melalui ciri-ciri, seperti mudah a) mengetahui siapa diri mereka
dan apa yang dapat mereka capai di dunia ini, b) merenung dengan cara
menyendiri untuk mengetahui kebutuhannya dan mengakses sisi batiniah diri, c)
sensitif terhadap nilai diri, dan menyadari perasaan diri, d) sensitif terhadap
tujuan hidup, e) menyadari kekuatan dan kelemahan diri.
Cara mengembangkan kecerdasan interpersonal pada anak, yakni :
·
Mengembangkan
dukungan kelompok.
·
Menetapkan
aturan tingkah laku.
·
Memberi
kesempatan bertanggungjawab dirumah.
·
Bersama-sama
menyelesaikan konflik.
·
Melakukan
kegiatan sosial di lingkungan.
·
Menghargai
perbedaan pendapat antara anak dan teman sebaya.
·
Menumbuhkan
sikap ramah dan memahami keragaman budaya lingkungan sosial.
·
Melatih
kesabaran menunggu giliran.
·
Berbicara
serta mendengarkan pembicaraan orang lain terlebih dahulu
7.
Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal
Intelligence)
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan
seseorang untuk berpikir secara reflektif yaitu mengacu kepada kesadaran
reflektif mengenai perasaan dan proses pemikiran diri sendiri. Ada pun kegiatan
yang mencakup kecerdasan ini adalah berpikir, meditasi, bermimpi, berdiam diri,
mencanangkan tujuan, refleksi, merenung, membuat jurnal, menilai diri, waktu
menyendiri, proyek yang dirintis sendiri dan menulis instropeksi.
Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan
melihat dan memahami perbedaan mood, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain
dan bekerja sama dengan mereka. Sedang Lazear menjelaskan bahwa kecerdasan
interpersonal merupakan kemampuan (ability) yang digunakan untuk berkomunikasi
secara verbal dan non verbal serta kemampuan yang digunakan untuk melihat
perbedaan mood, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain dengan diri sendiri.
Pendapat lain dikemukakan oleh Armstrong yang menyatakan bahwa kecerdasan
interpersonal merupakan kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati,
maksud, motivasi serta perasaan orang lain. Dari tiga pendapat tersebut dapat
dinyatakan bahwa kecerdasan interpersonal sebagai kemampuan melihat orang lain
yang meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, suara, gerak-isyarat orang lain dan
dapat berinteraksi dengan orang lain.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat dinyatakan
bahwa kecerdasan interpersonal adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain
yang dapat digambarkan melalui ciri-ciri, seperti mudah a) berhubungan dengan
orang lain, b) berteman dan memiliki banyak teman, c) menikmati suasana ketika
berada di tengah-tengah orang banyak d) membaca maksud hati orang lain, e)
berkomunikasi, f) menengahi pertengkaran, g) menjadi pemimpin di sekolah ataupun
di rumah.
Cara mengembangkan kecerdasan intrapersonal pada anak sebagai berikut :
·
Menciptakan
citra diri positif, “aku anak baik”, “saya anak yang rajin membantu ibu”, dll
·
Ciptakan
suasana serta kondisi yang kondusif di rumah yang mendukung pengembangan
kemampuan intrapersonal dan penghargaan diri.
·
Menuangkan
isi hati dalam jurnal pribadi.
·
Bercakap-cakap
memperbincangkan kelemahan, kelebihan dan minat anak.
·
Membayangkan
diri di masa datang, lakukan perencangan dengan anak semisal anak ingin seperti
apa bila besar nanti
8.
Kecerdasan Naturalis (Naturalis Intelligence)
Kecerdasan naturalis adalah kecerdasan untuk mencintai keindahan alam melalui
pengenalan terhadap flora fauna yang terdapat di lingkungan sekitar dan juga
mengamati fenomena alam dan kepekaan/kepedulian terhadap lingkungan sekitar.
Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan naturalis merupakan kemampuan
memahami alam sekitar, mengenali binatang dan tumbuhan di lingkungan, sensitif
terhadap corak yang berkaitan dengan dunia alami seperti awan, formasi batu
untuk mengenali dan mengklasifikasi sejumlah spesies flora dan fauna serta
lingkungan. Sedang Lazear menyatakan bahwa kecerdasan naturalis merupakan
kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan kondisi-kondisi alam seperti
tanaman, hewan, cuaca dan aspek-aspek alam di sekitar. Pendapat lain dikemukakan
Armstrong yang menyatakan bahwa kecerdasan naturalis merupakan kemampuan
mengenali dan mengkategorisasikan spesies flora dan fauna serta kondisi dan
benda-benda alam lainnya di lingkungan sekitar. Selanjutnya, Stefanakis
mengidentifikasi kecerdasan naturalis dengan ciri-ciri sebagai berikut, yaitu
1) memahami alam, 2) membedakan, mengklasifikasi, menggunakan keistimewaan
(features) yang ada di lingkungan, dan 3) saling berinteraksi dengan pohon dan
makhluk hidup lainnya46. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa
kecerdasan naturalis berkaitan dengan kepekaan terhadap fenomena alam dan
lingkungan sekitar. Fenomena alam tersebut berkaitan dengan binatang, tumbuhan,
cuaca, seperti panas, dingin, hujan dan benda lainnya, seperti batuan dan tanah.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat dinyatakan
bahwa kecerdasan naturalis adalah kemampuan memahami dan berinteraksi dengan
alam yang dapat digambarkan melalui ciri-ciri, seperti a) mudah berinteraksi
dengan binatang, seperti suka merawat hewan peliharaan atau berada didekat
akuarium, terarium b) mudah berinteraksi dengan tumbuhan, seperti suka berkebun
atau berada dekat kebun, c) mudah beradaptasi dengan kondisi alam.
Cara Stimulasi bagi pengembangan kecerdasan naturalis yakni :
·
Jalan-jalan
di alam terbuka.
·
Berdiskusi
mengenai apa yang terjadi di alam sekitar.
·
Kegiatan
ekostudi agar anak memiliki sikap peduli pada alam sekitar.
9. Kecerdasan
Spiritual
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan dalam
memandang makna atau hakikat kehidupan ini sesuai dengan kodrat manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang berkewajiban menjalankan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-nya.
Cara mengembangkan kecerdasan spiritual pada anak usia dini antara lain
:
·
Melalui
teladan dalam bentuk nyata yang diwujudkan dalam perilaku baik lisan, tulisan
maupun perbuatan.
·
Melalui
cerita atau dongeng untuk menggambarkan perilaku baik buruk.
·
Mengamati
berbagai bukti-bukti kebesaran Sang Pencipta seperti beragam binatang dan aneka
tumbuhan serta kekayaan alam lainnya.
·
Mengenalkan
dan mencontohkan kegiatan keagamaan secara nyata.
·
Membangun
sikap toleransi kepada sesama sebagai makhluk ciptaan Tuhan
0 komentar:
Posting Komentar