Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Makalah Metodologi kognitif AUD


UTS

 “ Metodologi Pemgembangan Kognitif AUD“



Disusun Oleh :




Nama : CICI RATNA SARI
Nim   : 1200811 / 2012



Dosen Pembimbing : Nuhafizah, M. pd





JURUSAN PG – PAUD REGULER
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014



1  1. Jelaskan pengertian pengembangan kognitif anak dan kenapa kognitif perlu dikembangkan sejak usia dini !!!

Jawab :

a)      Pengertian pengembangan kognitif anak

·         Definisi Perkembangan Kognitif
Apabila dilihat dari peristilahan yang sering ditukar-pakaikan maka pada dasarnya istilah intelektual adalah sama pengertiannya dengan istilah kognitif. Pada pembahasan berikutnya kedua istilah tersebut akan digunakan secara bergantian sesuai dengan konteks kalimatnya dan para ahli yang mendefinisikan tentang hal tersebut. Kognitif berhubungan dengan intelegensi, kognitif lebih bersifat pasif atau statis yang merupakan potensi atau daya untuk memahami sesuatu. Potensi kognitif ditentukan pada saat konsepsi, (pembuahan) namun terwujud atau tidaknya potensi kognitif tergantung dari lingkungan dan kesempatan yang diberikan. Potensi kognitif yang dibawa sejak lahir atau merupakan faktor keturunan yang akan menentukan batas perkembangan tingkat intelegensi (batas maksimal).

Menurut Werner yang dikutip oleh Monks, dkk , pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar kembali. Dalam pertumbuhan, ahli psikologi tidak membedakan antara perkembangan dan pertumbuhan, bahkan ada yang lebih memgutamakan pertumbuhan. Sebenarnya, istilah pertumbuhan dimaksudkan untuk menujukkan bertambah besarnya ukuran badan dan fungsi fisik murni. Menurut banyak ahli psikologi, istilah perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat yang khas mengenai gejala psikologis yang muncul.

Perkembangan menurut Berardo yang dikutip oleh Santrock ialah pola gerakan atau perubahan yang dimulai dari pembuatan dan terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan. Kebanyakan perkembangan meliputi pertumbuhan, walaupun perkembangan juga mencakup pembusukan (seperti dalam kematian dan orang mati). Pola atau pernyataan-pernyataan dari kelompok-kelompok penekan yang sangat vokal. Para pembuat kebijakan sering terjebak dalam isu-isu ideologis dan moral yang diperdebatkan secara panas, seperti keluarga berencana dan aborsi, atau undang-undang perawatan anak dan cuti melahirkan. Pada poin ini, tidak ada indikasi yang jelas bahwa perbedaan-perbedaan yang tajam tentang peran keluarga dan pemerintah akan diselesaikan sesuai dengan solusi yang rasional di masa depan yang dekat.
Maka perkembangan manusia dapat didefinisikan sebagai suatu yang merujuk pada perubahan-perubahan tertentu yang terjadi dalam sepanjang siklus kehidupan manusia, sejak masa konsepsi sampai mati, tidak dapat berulang, tidak dapat diputar kembali, dan bersifat tetap. Perubahan yang dimaksud dapat berupa perubahan secara kuantitatif dan perubahan secara kualitatif. Perubahan secara kuantitatif itu seperti perubahan dalam tinggi badan, penguasaan jumlah kosakata, perubahan berat badan, dan sebagainya. Sedangkan perubahan secara kualitatif, seperti perubahan dalam struktur dan organisasi dalam kemampuan berpikir, perubahan dalam kemampuan melakukan koordinasi gerakan motorik kasar dan motorik halus, perubahan dalam mengelola emosi, perubahan kemampuan sosial dan sebagainya.
Perkembangan adalah seumur hidup (lifelong) yang dimaksud adalah tidak ada periode usia yang mendominasi perkembangan. Para peneliti semakin mempelajari penaglaman dan orientasi psikologis orang dewasa pada saat yang berbeda dalam perkembangan mereka. Perkembangan meliputi keuntungan dan kerugian, yang berinteraksi dalam cara yang dinamis sepanang siklus kehidupan.
Perkembangan adalah multidimensional, maksudnya adalah perkembangan terdiri atas dimensi-dimensi yang berupa dimensi biologis, kognitif, dan sosial. Bahkan dalam satu dimensi seperti intelegensi, ada banyak komponen, seperti intelegensi abstrak, intelegensi nonverbal, intelegensi sosial, dan lain-lain.
Perkembangan adalah lentur (plastis), maksudnya ia bergantung pada kondisi kehidupan individu, perkembangan dapat mengambil banyak jalan. Suatu agenda penelitian perkembangan kunci ialah pencarian akan kelenturan dan hambatan-hambatannya. Misalnya, para peneliti telah mendemonstrasikan bahwa kemampuan penalaran orang dewasa dapat ditingkatkan melalui pelatihan.
Perkembangan melekat secara kesejarahan (historically embredded), yang dipengaruhi oleh kondisi-kondisi kesejarahan. Pengalaman orang-orang yang berusia 40 tahun yang hidup pada masa Depresi Berat (Great Depression) sangat berbeda dari pengalaman orang-orang yang berusia 40 tahun yang hidup pada akhir Perang Dunia II yang optimistik. Orientasi karir kebanyakan perempatan berusia 30 tahun pada tahun 1990-an sangat berbeda dari orientasi karir kebanyakan perempuan berusia 30 tahun pada tahun 1950-an. Perkembangan dipelajari oleh sejumlah disiplin. Para psikolog, sosiologi, antorpologi, neurosains, peneliti kesehatan, dan dunia pendidikan semuanya mempelajari perkembangan manusia dan berbagai persoalan untuk membuka misteri perkembangan sepanjang masa hidup.
Perkembangan adalah kontekstual. Individu secara tegrus menerus merespons dan bertindak berdasarkan konteks, yang meliputi make up biologis, lingkungan lingkungan fisik, serta konteks sosial, kesejarahan, dan kebudayaan seseorang. Dalam pandangan kobtekstual, individu dilihat sebagai makhluk yang sedang berubah di dalam dunia yang sedang berubah.

Menurut Myrnawati,kognitif adalah proses yang terjadi secara internal didalam otak pada waktu manusia sedang berpikir atau proses pengolahan informasi.
Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition (kognisi) ialah perolehan, penataan,dan penggunaan pengetahuan. Kognitif adalah proses yang terjadi secara internal di dalam pusat susunan syaraf pada waktu manusia sedang berpikir. Kemampuan kognitif ini berkembang secara bertahap, sejalan dengan perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang berada di pusat susunan syaraf. Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (intelegensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide dan belajar .

Beberapa ahli psikologi yang berkecimpung dalam bidang pendidikan mendefinisikan intelektual atau kognitif dengan berbagai peristilahan :
o   Terman mendefinisikan bahwa kognitif adalah kemampuan untuk berfikir secara abstrak
o   Colvin mendefinisikan bahwa kognitif adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
o   Henman mendefinisikan bahwa kognitif adalah intelektual ditambah dengan pengetahuan
o   Hunt mendefinisikan bahwa kognitif adalah teknik untuk memproses informasi yang disediakan oleh indra

Seperti halnya defenisi intelegensi menurut Gardner. Menurut Gardner intelegensi sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah atau untuk menciptakan karya yang dihargai dalam suatu kebudayaan atau lebih. Lebih lanjut Gardner mengajukan konsep pluralistis dari intelegensi dan membedakannya kepada delapan jenis intelegensi. Dalam kehidupan sehari-hari, intelegensi itu tidak berfungsi dalam bentuk murni, tetapi setiap individu memiliki campuran yang unik dari sejumlah intelegensi yaitu intelegensi linguistic, ligis,spasial, musik, kinestetika, intrapribadi dan antarpribadi, dan naturalistis.

Perkembangan Kognitif adalah perkembangan dari pikiran. Pikiran adalah bagian dari berpikir dari otak, bagian yang digunakan yaitu untuk pemahaman, penalaran, pengetahuan, dan pengertian. Pikiran anak mulai aktif sejak lahir, dari hari ke hari sepanjang pertumbuhannya. Perkembangan pikirannya, seperti: (1) belajar tentang orang, (2) belajar tentang sesuatu, (3) belajar tentang kemampun-kemampuan baru, (4) memperoleh banyak ingatan, dan (5) menambah banyak pengalaman. Sepanjang perkembangannya pikran anak, maka anak akan menjadi lebih cerdas .

·         Definisi Anak Usia Dini
Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational Young Children) merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya, berada pada rentang usia 0-8 tahun.
Sedangkan anak usia dini disarikan menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa mereka adalah anak yang berada pada rentang usia sejak lahir sampai dengan enam tahun. Dan jika disesuaikan dengan pendapat internasional, maka anak usia dini di Indonesia adalah mereka yang sejak lahir ( usia 0 tahun) hingga memasuki jenjang SD awal.
Namun beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa sejak masa konsepsi (dalam kandungan), janin telah berkembang dan terbukti telah dapat dilakukan stimulasi yang dapat mengembangkan berbagai kepekaan dan kemampuan dasarnya. Berdasarkan hal tersebut penulis meyakini bahwa pendidikan atau stimulasi pendidikan sudah mulai dapat dilakukan sejak dalam kandungan, karena itu yang lebih dini sebelum kelahiran. Maka penulis sepakat bahwa anak usia dini adalah sosok makhluk yang berkembangan dan bertumbuh dengan pesat serta fundamental sejak masa konsepsi hingga usia 8 tahun setelah kelahiran.

·         Definisi Perkembangan Kognitif Anak Usia Dini
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat ditarik suatu pengertian bahwa perkembangan kognitif anak usia dini adalah sesuatu yang merujuk pada perubahan-perubahan pada proses berpikir sepanjang siklus kehidupan anak sejak konsepsi hingga usia delapan tahun.

b 2.   Kenapa kognitiif perlu dikembangkan sejak usia dini
Adapun proses kognisi meliputi berbagai aspek seperti persepsi, ingatan, pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan masalah. Sehubungan dengan hal ini Piaget berpendapat, bahwa pentingnya pendidik mengembangkan kognitif adalah :
o   Agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan apa yang dilihat, didengar dan rasakan, sehingga anak akan memiliki pemahaman yang utuh dan komprehensif.
o   Agar anak mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa dan kejadian yang pernah dialaminya.
o   Agar anak mampu mengembangkan pemikiran-pemikirannya dalam rangka menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lainnya.
o   Agar anak mampu memahami simbol-simbol yang tersebar di dunia sekitarnya.
o   Agar anak mampu melakukan penalaran-penalaran, baik yang terjadi secara alamiah (spontan), maupun melalui proses ilmiah (percobaan).
o   Agar anak mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya, sehingga pada akhirnya anak akan menjadi individu yang mampu menolong dirinya sendiri.

Menurut Sunaryo Kartadinata dakan jurnal pendidikan Pedagogia Vol. 1 April 2003 yang telah dikutip oleh Ahmad Susanto menyebutkan bahwa perkembangan otak, struktur otak anak tumbuh terus setelah lahir. Sejumlah riset menunjukkan bahwa pengalaman usia dini, imajinasi yang terjadi, bahasa yang didengar, buku yang ditunjukkan, akan turut membentuk jaringan otak.
Dengan demikian, melalui pengembangan kognitif, fungsi pikir dapat digunakan dengan cepat dan tepat untuk mengatasi suatu situasi untuk memecahkan suatu masalah.


2   3.  Siapa sajakah tokoh-tokoh konsern dalam perkembangan kognitif dan jelaskan bagaimana perbedaan teori dari masing-masing tokoh tersebut !!!

Jawab :
            Ada beberapa tokoh yang merumuskan teori kognitif berdasarkan hasil penelitian mereka masing-masing, beberapa diantaranya yang terkenal adalah Jean Piaget, Bruner, Lev Vygotsky.

a)      Teori Kognitif Jean Piaget
Para ahli perkembangan anak bersepakat bahwa anak bukan seorang dewasa kecil karena hingga mencapai usia 15 tahun, anak tidak dapat dapat membuat alasan atas tindakannya seperti orang dewasa. Informasi ini didasarkan pada karya Jean Piaget yang oleh Siti Aisyah , seorang ahli perkembangan biologi yang mendedikasikan hidupnya untuk mengamati dan mencatat secara dekat kemampuan intelektual bayi, anak dan adolesen. Tahapan-tahapan perkembangan yang dirumuskan oleh Piaget berhubungan dengan pertumbuhan otak. Menurut Piaget, otak manusia tidak berkembang sepenuhnya hingga akhir masa adolesen. Bahkan otak laki-laki kadang-kadang tidak berkembang sepenuhnya hingga awal masa dewasa.
·         Inteligensi
Latar belakang Piaget dalam bidang Zoology cukup terlihat dari defenisi inteligensi yang dikemukakannya bahwa intelegensi adalah dasar fungsi hidup yang membantu organisme beradapatasi dengan lingkunggannya. Ia mengamati penyesuaian seperti itu dengan melihat bagaimana seorang anak toodler menyalakan televisi, bagaimana anak usia sekolah memutuskan membagi lilin kepada teman-temannya atau seorang remaja yang beranjak dewasa berjuang dan berhasil memecahkan masalah geometri yang sulit. Piaget juga mengemukakan bahwa intelegensi adalah suatu bentuk keseimbangan yang menjadi kecendrungan semua sturktur kognitif. Maksudnya adalah semua kegiatan intelektual dilakukan dengan satu tujuan dalam pikirannya, yaitu menghasilkan keseimbangan atau keharmonisan hubungan antara proses berpikir seseorang dengan lingkungannya. Piaget menekankan bahwa anak-anak bersifat aktif dan merupakan penjelajah yang selalu ingin tahu. Ia secara terus menerus merasa ditantang oleh banyak rangsangan dan kejadian yang tidak langsung dapat ia mengerti. Dia meyakini bahwa ketidakseimbangan antara bentuk berpikir anak dan kejadian dalam lingkungannya, memaksa anak membuat penyesuaian mental yang membuatnya dapat memecahkan pengalaman baru yang membingungkan dan kemudian menghasilkan keseimbangan kognitif.
·         Skema Kognitif: Susunan Intelegensi
Piaget menggunakan istilah skema untuk mendeskripsikan model atau struktur mental yang kita ciptakan untuk mempersentasikan, mengorganisasi, dan menginterpretasi pengalaman kita. Piaget mendeskripsikan tiga macam susunan intelektual yaitu:
o  Skema perilaku (Sensori Motor)
Skema perilaku adalah pola atau bentuk perilaku yang terorganisasi dan digunakan anak untuk menampilkan kembali dan merespons suatu benda atau pengalaman. Untuk bayi berumur 9 bulan, sebuah bola tidak diterima dengan konsep sebuah mainan berbentuk bundaryang mempunyai nama resmi, melainkan sebuah benda yang dapat dipeluk dan digelindingkan oleh dia dan teman-temannya.
o  Skema simbolik
Selama tahun kedua, anak mencapi tingkatan, dimana ia dapat memecahkan masalah dan berpikir tentang benda dan kejadian tanpa harus menyentuh atau mengalaminya. Dengan kata lain, mereka mampu untuk menampilkan kembali pengalamannya secara mental dan menggunakan symbol mental atau skema simbolik ini untuk mencapai tujuan mereka. Contoh: anak usia 16 tahun dapat mencontoh perilaku buruk temannya pada hari lain dan tidak langsung pada hari itu juga.
o  Skema operasional
Menurut Piaget pikiran anak 7 tahun dan anak yang lebih tua diwarnai oleh skema operasional. Pengertian operasi kognitif adalah suatu kegiatan mental secara internal yang ditunjukkan seseorang pada objek yang dipikirkannya untuk mencapai kesimpulan yang logis. Contoh: anak 8 tahun akan berpikir bahwa pola plastisin (plastisin berbentuk bola) yang diratakan/dipipihkan jumlahnya sama dari sebelumnya karena ia akan dengan mudah mengembalikan dalam bentuk aslinya dengan tangannya. Namun anak yang berusia 5 tahun mugkin akan berpikir bahwa palstisin yang diratakan mempunyai jumlah lebih banyak dari bentuk sdebelumnya karena dapat menutup area yang lebuh luas. Meskipun ia dapat memahami bahwa plastisin yang diratakan tersebut dapat dibentuk menjadi bola kembali namun ia tetap berpikir bahwa jumlah plastisin yang diratakan lebih banyak dari jumlah plastisin berbentuk bola.
Dalam skema Piaget menyatakan bahwa ketika anak berusaha membangun pemahaman mengenai dunia, otak berkembang membentuk skema. Inilah tindakan atau representasi mental yang mengatur pengalaman.dalam teori Piaget, skema perilaku( aktivitas fisik) merupakan ciri dari masa bayi dan skema mental (aktivitas kognitif) berkembang pada masa kanak-kanak. Skema bayi disusun melalui tindakan sederhana yang bias dilakukan terhadap objek-objek, seperti menyedot, melihat, dan menggenggam. Anak yang lebih tua mempunyai skema yang meliputi strategi pengklafikasian objek menurut ukuran, bentuk, atau warna.

b)     Teori Kognitif Bruner
Dalam teori perkembangan kogintif menurut Bruner dikatakan bahwa dalam evolusi perkembangan manusia, Bruner menemukan tiga bentuk system berpikir manusia yang menstruktur kemampuan manusia dalam memahami dunianya yaitu :
·         Enactive representation, yakni membangun kemampuan berfikir melalui pengalaman empiric atau pengalaman nyata.
·         Iconic representation,berkaitan dengan kemampuan manusia dalam menyimpan pengalaman empiric dalam ingatannya.
·         Symbolic representation berkaitan dengan kemampuan manusia dalam memahami konsep dan peristiwa yang disajikan melalui bahasa.
c)      Teori Kognitif Lev Vygotsky
Terdapat dua hal pokok yang dirumuskan dalam teori kognitif yang dikembangkan oleh Vygotsky sebagai berikut :
·         Konsep ZPD (Zone of Proximal Development) yang diterapkan melalui scaffolding yaitu proses pemberian bimbingan pada siswa berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dimiliknya kepada apa yang harus diketahuinya.
·         Scaffolding merupakan aspek penting dalam pembelajaran, terutama dalam pembelajaran untuk anak usia dini.

 
   4.  Buatlah karakteristik perkembangan kognitif anak pada tiap tahapan usia dan bagaimana mengembangankannya !!!

Jawab :

Menurut Piaget, pikiran anak-anak dibentuk bukan oleh ajaran orang dewasa atau pengaruh lingkungan lainnya. Anak-anak memang harus berinteraksi dengan lingkungan untuk berkembang, namun merekalah yang membangun struktur-struktur kognitif baru dalam dirinya. Piaget juga yakin bahwa individu melalui empat tahap dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara berfikir yang khas/berbeda.
Tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget adalah sebagai berikut:

a.                  Tahap Sensori Motor.
                 Tahap ini merupakan tahap pertama. Tahap ini dimulai sejak lahir sampai usia 2 tahun. Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan-tindakan fisik.
Dengan berfungsinya alat-alat indera serta kemampuan kemampuan-kemampuan melakukan gerak motorik dalam bentuk refleks ini, maka seorang bayi berada dalam keadaan siap untuk mengadakan hubungan dengan dunianya.

Piaget membagi tahap sensori motor ini kedalam 6 periode, yaitu:
·         Periode 1: Penggunaan Refleks-Refleks (Usia 0-1 bulan)
Refleks yang paling jelas pada periode ini adalah refleks menghisap (bayi otomatis    menghisap kapanpun bibir mereka disentuh) dan refleks mengarahkan kepala pada sumber rangsangan secara lebih tepat dan terarah. Misalnya jika pipi kanannya disentuh, maka ia akan menggerakkan kepala kearah kanan.
·         Periode 2: Reaksi Sirkuler Primer (Usia 1-4 bulan)
Reaksi ini terjadi ketika bayi menghadapi sebuah pengalaman baru dan berusaha mengulanginya. Contoh: menghisap jempol.
Pada contoh menghisap jempol, bayi mulai mengkoordinasikan 1). Gerakan motorik dari tangannya dan 2). Penggunaan fungsi penglihatan untuk melihat jempol.
·         Periode 3: Reaksi Sirkuler sekunder (Usia 4-10 bulan)
Reaksi sirkuler primer terjadi karena melibatkan koordinasi bagian-bagian tubuh bayi sendiri, sedangkan reaksi sirkuler sekunder terjadi ketika bayi menemukan dan menghasilkan kembali peristiwa menarik diluar dirinya.
·         Periode 4: Koordinasi skema-skema skunder (Usia 10-12 bulan)
Pada periode ini bayi belajar untuk mengkoordinasikan dua skema terpisah untuk mendapatkan hasil. Contoh: suatu hari Laurent (anak Piaget) ingin memeluk kotak mainan, namun Piaget menaruh tangannya ditengah jala. Pada awalnya Laurent mengabaikan tangan ayahnya. Dia berusaha menerobos atau berputar mengelilinginya tanpa menggeser tangan ayahnya. Ketika Piaget tetap menaruh tangannya untuk menghalangi anaknya, Laurent terpaksa memukul kotak mainan itu sambil melambaikan tangan, mengguncang tubuhnya sendiri dan mengibaskan kepalanya dari satu sisi ke sisi lain. Akhirnya setelah beberapa hari mencoba, Laurent berhasil menggerakkan perintang dengan mengibaskan tangan ayahnya dari jalan sebelum memeluk kotak mainan. Dalam kasus ini, Laurent berhasil mengkoordinasikan dua skema terpisah yaitu: 1). Mengibaskan perintang 2). Memeluk kotak mainan.
·         Periode 5: Reaksi Sirkuler Tersier (Usia 12-18 bulan)
Pada periode 4, bayi memisahkan dua tindakan untuk mencapai satu hasil tunggal. Pada periode 5 ini bayi bereksperimen dengan tindakan-tindakan yang berbeda untuk mengamati hasil yang berbeda-beda. Contoh: Suatu hari Laurent tertarik dengan meja yang baru dibeli Piaget. Dia memukulnya dengan telapak tangannya beberapa kali. Kadang keras dan kadang lembut untuk mendengarkan perbedaan bunyi yang dihasilkan oleh tindakannya.
·         Periode 6: Permulaan Berfikir (Usia 18-24 bulan)
Pada periode 5 semua temuan-temuan bayi terjadi lewat tindakan fisik, pada periode 6 bayi kelihatannya mulai memikirkan situasi secara lebih internal sebelum pada akhirnya bertindak. Jadi, pada periode ini anak mulai bisa berfikir.dalam mencapai lingkungan, pada periode ini anak sudah mulai dapat menentukan cara-cara baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan internal, tetapi juga dengan koordinasi internal dalam gambaran atau pemikirannya.

b.     Tahap Pemikiran Pra-Operasional
           Tahap ini berada pada rentang usia antara 2-7 tahun. Pada tahap ini anak mulai melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar atau simbol. Menurut Piaget, walaupun anak-anak pra sekolah dapat secara simbolis melukiskan dunia, namun mereka masih belum mampu untuk melaksanakan “ Operation (operasi) ”, yaitu tindakan mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak melakukan secara mental yang sebelumnya dilakukan secara fisik.
Perbedaan tahap ini dengan tahap sebelumnya adalah “ kemampuan anak mempergunakan simbol”. Penggunaan simbol bagi anak pada tahap ini tampak dalam lima gejala berikut:
·         Imitasi tidak langsung
Anak mulai dapat menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau dilihat, yang sekarang bendanya sudah tidak ada lagi. Jadi pemikiran anak sudah tidak dibatasi waktu sekarang dan tidak pula dibatasi oleh tindakan-tindakan indrawi sekarang.
Contoh: anak dapat bermain kue-kuean sendiri atau bermain pasar-pasaran. Ini adalah hasil imitasi.
·         Permainan Simbolis
Sifat permainan simbolis ini juga imitatif, yaitu anak mencoba meniru kejadian yang pernah dialami.
Contoh: anak perempuan yang bermain dengan bonekanya, seakan-akan bonekanya adalah adiknya.
·         Menggambar
Pada tahap ini merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan gambaran mental. Unsur pada permainan simbolis terletak pada segi “kesenangan” pada diri anak yang sedang menggambar. Sedangkan unsur gambaran mentalnya terletak pada “usaha anak untuk memulai meniru sesuatu yang riel”.
Contoh: anak mulai menggambar sesuatu dengan pensil atau alat tulis lainnya.
·         Gambaran Mental
Merupakan penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau. Gambaran mental anak pada tahap ini kebanyakan statis. Anak masih mempunyai kesalahan yang sistematis dalam mengambarkan kembali gerakan atau transformasi yang ia amati.
Contoh yang digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan hitam.
·         Bahasa Ucapan
Anak menggunakan suara atau bahasa sebagai representasi benda atau kejadian. Melalui bahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain tentang peristiwa kepada orang lain.

c.     Tahap Operasi berfikir Kongkret
           Tahap ini berada pada rentang usia 7-11 tahun.tahap ini dicirikan dengan perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan yang logis. Anak sudah mengembangkan operasi logis. Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:
·         Pengurutan
Yaitu kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.
·         Klasifikasi
Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan).
·         Decentering
Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap gelas lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding gelas kecil yang tinggi.
·         Reversibility
Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.
·         Konservasi
Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi gelas yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi gelas lain.
·         PenghilangansifatEgosentrisme
Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, Lala menyimpan boneka di dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Baim memindahkan boneka itu ke dalam laci, setelah itu baru Lala kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit akan mengatakan bahwa Lala akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Baim.

d.             Tahap Operasi berfikir Formal
        Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia 11 tahun dan terus berlanjut sampai dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit.
Pada tahap ini, remaja telah memiliki kemampuan untuk berpikir sistematis, yaitu bisa memikirkan semua kemungkinan untuk memecahkan suatu persoalan. Contoh: ketika suatu saat mobil yang ditumpanginya mogok, maka jika penumpangnya adalah seorang anak yang masih dalam tahap operasi berpikir kongkret, ia akan berkesimpulan bahwa bensinnya habis. Ia hanya menghubungkan sebab akibat dari satu rangkaian saja. Sebaliknya pada remaja yang berada pada tahap berfikir formal, ia akan memikirkan beberapa kemungkinan yang menyebabkan mobil itu mogok.





J 5. Jelaskan pemahaman saudara teori Multiple intelegensi dan bagaimana pengembangan masing-masing jenis kecerdasan dalam kecerdasan jamak tersebut !!!

Jawab :

a)      Pemahaman tentang teori Multiple Intelegensi
Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan adalah kemampuan yang berkaitan dengan tiga hal, yaitu kemampuan untuk 1) memecahkan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, 2) menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan, dan 3) menciptakan sesuatu atau menawarkan jasa yang akan memberikan penghargaan dalam budaya setempat. Dalam bukunya yang lain Gardner mendefenisikan kecerdasan sebagai potensi biopsikologi yang digunakan sebagai pengolah informasi yang dapat dikembangkan sesuai dengan lingkungan budaya untuk memecahkan permasalahan atau menciptakan sesuatu (karya) yang bermanfaat bagi lingkungannya. Selanjutnya Gardner menjelaskan, sebagai potensi biologis kecerdasan akan meningkat sesuai dengan pertambahan usia dan mencapai puncaknya pada saat dewasa dan menurun pada saat tua, sedang kecerdasan sebagai potensi psikologis kecerdasan akan berkembang akibat terjadinya proses belajar dan terbentuknya pengalaman hidup pada diri individu. Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan Gardner tersebut dapat dinyatakan bahwa kecerdasan sebagai suatu kemampuan yang dimiliki individu yang dapat berkembang secara alami dan dapat pula dikembangkan melalui pembelajaran dan pengalaman. Ini berarti lingkungan dapat berperan dalam membantu individu untuk mengembangkan kemampuannya. Samples mengemukakan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan melakukan sesuatu yang bermanfaat dalam masyarakat di lingkungan sekitar. Sedang Gottfredson yang dikutip Elliott, dkk mengemukakan bahwa kecerdasan merupakan kemampuan mental yang bersifat umum, yang diantaranya sebagai kemampuan untuk menelaah (to reason), merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, mengemukakan ide-ide, belajar cepat dan belajar dari pengalaman. Dua pendapat tersebut menegaskan bahwa kecerdasan sebagai suatu kemampuan. Kemampuan tersebut berfungsi untuk menelaah, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, mengemukakan ide-ide serta yang terpenting adalah kemampuan tersebut berkaitan dengan belajar.
Pendapat lain tentang kecerdasan dikemukakan oleh Lazear yang menyatakan bahwa seseorang yang cerdas adalah 1) mereka yang dapat memecahkan permasalahan yang mereka hadapi dalam hidupnya, 2) mereka yang dapat menghadapi berbagai tantangan hidup dengan kreatif, dan 3) mereka yang dapat menghasilkan berbagai hal bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Pendapat ini menunjukkan bahwa kecerdasan berkaitan dengan kemampuan untuk mengupayakan sesuatu, yaitu memecahkan masalah, menghadapi tantangan, dan menghasilkan sesuatu. Selanjutnya Lazear menambahkan dari definisi awal Gardner, bahwa kecerdasan itu adalah jalan/cara yang dapat digunakan untuk mengetahui apa-apa yang kita ketahui, pahami, pelajari, bagaimana memproses informasi, dan memperoleh knowlodge. Pendapat ini lebih memperinci bahwa kecerdasan berkaitan dengan kemampuan untuk mengetahui apa-apa yang sudah dimiliki individu sebagai suatu bentuk kemampuan. Berkaitan dengan kemampuan, Gagne, Leslie dan Wager menyatakan bahwa kemampuan merupakan suatu daya atau kekuatan sebagai hasil belajar yang dapat diketahui. Berarti kemampuan dapat diperoleh setelah seseorang menyelesaikan kegiatan belajar. Kemampuan tersebut sebagai bentuk hasil belajar yang dapat ditingkatkan dan diketahui. Ini berarti, ada proses yang dapat dilakukan untuk meningkatkan dan menentukan kemampuan yang dimiliki seseorang.

Dari segi terminology jamak berarti banyak atau lebih dari satu. Berarti kecerdasan jamak itu kecerdasan yang lebih dari satu. Dalam bahasa aslinya kecerdasan jamak dikenal dengan istilah Multiple Intellegence(MI).
Teori Multiple Intelligences bertujuan untuk  mentransformasikan sekolah agar kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap siswa dengan berbagai macam pola pikirnya yang unik. Howard Gardner (1993) menegaskan bahwa skala kecerdasan yang selama ini dipakai, ternyata memiliki banyak keterbatasan sehingga kurang dapat meramalkan kinerja yang sukses untuk masa depan seseorang.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dinyatakan bahwa pengertian kecerdasan jamak dalam penelitian ini dibatasi pada kemampuan yang dikembangkan melalui kegiatan pembelajaran. Pembatasan ini dilakukan dengan mengacu kepada Armstrong yang mengemukakan bahwa berbagai kegiatan dapat membantu anak untuk mengembangkan kecerdasan jamak dan Gardner menegaskan bahwa kecerdasan jamak dapat digunakan sebagai pendekatan dan tujuan (goal) dalam pembelajaran. Selanjutnya Sonawat dan Gogri mengemukakan bahwa kecerdasan jamak dapat digunakan untuk membantu anak belajar dengan lebih baik. Dengan demikian, rancangan kegiatan belajar di Taman Kanak-kanak yang memperhatikan indikator setiap aspek kecerdasan jamak dapat mengembangkan kemampuan anak sesuai dengan indikator pada setiap aspek kecerdasan jamak. Gardner berkeyakinan bahwa semua manusia memiliki bukan hanya satu kecerdasan (inteligensi) melainkan group abilities.
Dengan demikian kecerdasan MI adalah berbagai jenis kecerdasan yang dapat dikembangkan pada anak, antara lain verbal-linguistik (kemampuan menguraikan pikiran dalam kalimat-kalimat,presentasi pidato,diskusi,tulisan), logical-mathematical (kemampuan logika-matematik dalam memacahkan berbagai masalah), visual spatial (kemampuan berpikir tiga dimensi), bodily-kinesthetic (keterampilan gerak,menari,olahraga), musical (kepekaan dan kemampuan berekspresi dan bunyi, nada, melodi, irama), intrapersonal (kemampuan memahami dan kengendalikan diri sendiri), interpersonal (kemampuan memahami dan menyesuaikan diri dengan orang lain), naturalist ( kemampuan memahami dan memanfaatkan lingkungan).
Kecerdasan jamak yaitu pandangan baru tentang kecerdasan yang dikemukakan Gadner (seperti yang dituliskan Thomas Amstrong Menerapkan Multiple Intelligences di Sekolah Kaifa 2004 hal 2), meliputi kecerdasan linguistik, kecerdasan matematis-logis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetis-jasmani, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan natural dan kecerdasan spiritual

   6.  Bagaimana pengembangan masing-masing jenis kecerdasan dalam kecerdasan jamak

1.           Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence)

Kecerdasan linguistik merupakan kecerdasan dalam menggunakan kata secara efektif baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini memiliki empat ketrampilan yaitu menyimak, membaca, menulis dan berbicara. Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan linguistik adalah kemampuan menggunakan bahasa untuk menyatakan gagasan tentang dirinya dan memahami orang lain serta untuk mempelajari kata-kata baru atau bahasa lain.
Dapat dinyatakan bahwa kecerdasan linguistik adalah kemampuan yang tergambar melalui ciri-ciri, yaitu mudah a) mendengar dan merespon setiap suara dan ungkapan kata, b) menirukan suara, bahasa, membaca, dan menulis, c) belajar melalui menyimak, membaca, menulis dan diskusi, d) menyimak, memahami, menguraikan, menafsirkan dan mengingat apa yang diucapkan, e) memahami, meringkas, menafsirkan atau menerangkan, dan mengingat apa yang telah dibaca, f) berbicara kepada berbagai pendengar, berbagai tujuan, dan mengetahui cara berbicara secara sederhana, fasih, persuasif, atau bergairah pada waktu-waktu yang tepat, g) menulis, memahami dan menerapkan aturan-aturan tata bahasa, ejaan, tanda baca, dan menggunakan kosakata,  h) mempelajari bahasa lainnya, i) membuat tulisan, puisi, bercerita, debat, berbicara, menulis atau menyunting, j) menciptakan bentuk-bentuk bahasa baru atau karya tulis orisinil atau komunikasi oral.

Cara mengembangkan kecerdasan linguistik pada anak sejak usia dini :
·         Mengajak anak berbicara sejak bayi
·         Membacakan cerita atau mendongeng sebelum tidur atau kapan saja sesuai situasi dan kondisi.
·         Berdiskusi tentang berbagai hal yang ada di sekitar anak.
·         Bermain peran.
·         Memperdengarkan dan memperkenalkan lagu anak-anak


2.           Kecerdasan Logika Matematis (logical mathematical intelligence).

Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan logika matematis adalah kemampuan untuk memahami dasar-dasar operasional yang berhubungan dengan angka dan prinsip-prinsip serta kepekaan melihat pola dan hubungan sebab akibat serta pengaruh. Sedangkan Armstrong mengemukakan kecerdasan logika matematis berkenaan dengan kemampuan menggunakan angka dengan baik dan melakukan penalaran yang benar. Selanjutnya Lazear mengemukakan kecerdasan logika matematis diperlihatkan sebagai pola berpikir yang bervariasi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti pembuatan daftar, prioritas untuk menghasilkan sesuatu dan suatu perencanaan untuk masa depan. Kemampuan tersebut ditunjukkan melalui aktivitas membuat perhitungan, mengukur, mempertimbangkan perbandingan ukuran dan hipotesis serta kemampuan memecahkan masalah matematis yang kompleks. Anak-anak yang memiliki kecerdasan ini biasanya berpikir secara numerik atau dalam konteks pola serta dalam urutan yang logis.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat dinyatakan bahwa kecerdasan logika matematis adalah kemampuan yang memiliki ciriciri, seperti mudah a) melakukan operasional angka seperti menghitung, b) membuat ulasan berdasarkan penalaran, c) mengurutkan, d) berpikir sebab akibat, e) merumuskan hipotesis, f) merumuskan keteraturan konseptual atau pola numerik dan g) merumuskan pandangan hidup yang rasional.

Cara mengembangkan kecerdasan logika matematika pada anak antara lain dengan cara :
·         Bermain puzzle, permainan ular tangga, domino dll
·         Mengenal bentuk geometri.
·         Mengenalkan bilangan melalui sajak berirama dan lagu.
·         Eksplorasi pikiran melalui diskusi dan olah pikir ringan.
·         Memperkaya pengalaman berinteraksi dengan konsep matematika


3.            Kecerdasan Visual Spasial (Picture Smart)

Kecerdasan visual spasial merupakan kemampuan untuk memvisualisasikan gambar untuk memecahkan sesuatu masalah atau menemukan jawaban.

Cara mengembangkan kecerdasan visual spasial pada anak adalah sebagai berikut :
·         Mencorat coret.
·         Menggambar dan melukis.
·         Kegiatan membuat prakarya atau kerajinan tangan.
·         Mengunjungi berbagai tempat dapat memperkaya pengalaman visual anak.
·         Melakukan permainan konstruktif dan kreatif.
·         Mengatur dan merancang


4.            Kecerdasan Kinestetik (Body Smart)

Kecerdasan kinestetik adalah suatu kecerdasan dimana saat menggunakannya seseorang mampu atau terampil menggunakan anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan seperti berlari, menari, membangun sesuatu, melakukan kegiatan seni dan hasta karya.

Cara menstimulasi kecerdasan kinestetik pada anak antara lain sebagai berikut :
·         Menari
·         Bermain peran / drama.
·         Latihan ketrampilanfisik
·         Olahraga


5.            Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence)

Kecerdasan musikal adalah kemampuan memahami aneka bentuk musikal dengan cara mempersepsi (penikmat musik), membedakan (kritikus musik), mengubah (composer) dan mengekspresikan (penyanyi).

Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan musikal merupakan kemampuan untuk mendengar dan mengenali pola, mengingat dan bereaksi sesuai dengan musik yang didengar, serta menghasilkan musik dengan intonasi suara, irama, dan warna nada. Sedang Lazear berpendapat bahwa kecerdasan musikal berkaitan dengan aktivitas mendengar bunyi seperti suara di radio yang memunculkan senandung. Pendapat lain dari Amstrong yang menyatakan bahwa kecerdasan musikal merupakan kemampuan menangani bentuk-bentuk musikal dengan cara mempersepsi, membedakan, menggubah dan mengekspresikan. Ketiga pendapat tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan musikal meliputi kepekaan terhadap pola-pola bunyi, irama, warna nada dan warna suara. Anak-anak yang memiliki kecerdasan ini sering bernyanyi, bersenandung, atau bersiul soorang diri. Mereka juga peka terhadap suara-suara non-verbal di lingkungan mereka, atau di sekolah, seperti misalnya kerik jangkerik, dan dering bel di kejauhan.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat dinyatakan bahwa kecerdasan musikal adalah kemampuan yang memiliki ciri-ciri, seperti mudah a) memahami dan menangkap nada, irama, dan warna nada, serta memainkan alat musik di rumah atau di sekolah, b) bereaksi terhadap alunan musik bahkan yang rumit sekalipun dan memunculkan emosi sesuai dengan musik yang didengar, c) mengingat melodi lagu, dan suka belajar apabila ada iringan musik, d) bernyanyi untuk diri sendiri atau untuk orang lain dengan mengikuti irama musik.

Cara mengembangkan kecerdasan musikal anak antara lain sebagai berikut :
·         Beri kesempatan pada anak untuk melihat kemampuan yang ada pada diri mereka,buat mereka lebih percaya diri.
·         Pengalaman empiris yang praktis, buatlah penghargaan terhadap karya-karya yang dihasilkan anak.
·         Ajak anak menyanyikan lagu-lagu dengan syair sederhana dengan irama dan birama yang mudah diikuti.

6.            Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)

Kecerdasan interpersonal adalah berpikir lewat berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Kegiatan yang mencakup kecerdasan interpersonal yakni memimpin, mengorganisasi, berinteraksi, berbagi,menyayangi, berbicara, sosialisasi, menjadi pendamai, permainan kelumpok, klub, teman-teman, kelompok dan kerjasama.

Gardner membahas kecerdasan intrapersonal bersamaan dengan kecerdasan interpersonal. Keduanya dikenalkan sebagai kecerdasan diri (the personal intelligences). Dalam uraiannya, Gardner memisahkan antara kecerdasan intrapersonal dan kecerdasan interpersonal. Kecerdasan intrapersonal menurut Gardner merupakan kemampuan memahami hal-hal yang berkaitan dengan perasaan-perasaan yang ada pada diri sendiri, seperti perasaan senang ataupun sedih, apa yang dapat ia lakukan, apa yang ingin ia lakukan, bagaimana ia bereaksi terhadap hal-hal tertentu, hal-hal yang mana yang perlu dihindari, dan hal-hal yang mana yang didekati. Sedang Lazear menyatakan bahwa kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan introspeksi diri yang membuka peluang untuk merefleksi diri sehingga menyadari semua aspek dalam diri, seperti pengetahuan tentang perasaan sendiri, proses berpikir, refleksi diri dan rasa tentang hasrat yang dimiliki yang bertumpu pada dua hal, yaitu identitas diri dan kemampuan (ability) untuk mengenal kekuatan dan kelemahan diri sendiri. Kemudian Armstrong mengemukakan bahwa kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Ketiga pendapat tersebut menunjukkan bahwa kecerdasan intrapersonal berkaitan dengan pemahaman dan penyesuaian terhadap diri sendiri. Dengan kata lain, kecerdasan intrapersonal meliputi kemampuan yang berkaitan dengan keadaan manusia secara internal, seperti refleksi diri, berpikir meta-kognisi, yaitu mengkait-kaitkan informasi yang sudah ada dan yang baru diterima dalam pikiran (mind), serta menyadari adanya kenyataan-kenyataan spiritual.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat dinyatakan bahwa kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan mengekspresikan diri yang dapat digambarkan melalui ciri-ciri, seperti mudah a) mengetahui siapa diri mereka dan apa yang dapat mereka capai di dunia ini, b) merenung dengan cara menyendiri untuk mengetahui kebutuhannya dan mengakses sisi batiniah diri, c) sensitif terhadap nilai diri, dan menyadari perasaan diri, d) sensitif terhadap tujuan hidup, e) menyadari kekuatan dan kelemahan diri.

Cara mengembangkan kecerdasan interpersonal pada anak, yakni :
·         Mengembangkan dukungan kelompok.
·         Menetapkan aturan tingkah laku.
·         Memberi kesempatan bertanggungjawab dirumah.
·         Bersama-sama menyelesaikan konflik.
·         Melakukan kegiatan sosial di lingkungan.
·         Menghargai perbedaan pendapat antara anak dan teman sebaya.
·         Menumbuhkan sikap ramah dan memahami keragaman budaya lingkungan sosial.
·         Melatih kesabaran menunggu giliran.
·         Berbicara serta mendengarkan pembicaraan orang lain terlebih dahulu

7.            Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence)

Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan seseorang untuk berpikir secara reflektif yaitu mengacu kepada kesadaran reflektif mengenai perasaan dan proses pemikiran diri sendiri. Ada pun kegiatan yang mencakup kecerdasan ini adalah berpikir, meditasi, bermimpi, berdiam diri, mencanangkan tujuan, refleksi, merenung, membuat jurnal, menilai diri, waktu menyendiri, proyek yang dirintis sendiri dan menulis instropeksi.

Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan melihat dan memahami perbedaan mood, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain dan bekerja sama dengan mereka. Sedang Lazear menjelaskan bahwa kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan (ability) yang digunakan untuk berkomunikasi secara verbal dan non verbal serta kemampuan yang digunakan untuk melihat perbedaan mood, temperamen, motivasi dan hasrat orang lain dengan diri sendiri. Pendapat lain dikemukakan oleh Armstrong yang menyatakan bahwa kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan mempersepsi dan membedakan suasana hati, maksud, motivasi serta perasaan orang lain. Dari tiga pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa kecerdasan interpersonal sebagai kemampuan melihat orang lain yang meliputi kepekaan pada ekspresi wajah, suara, gerak-isyarat orang lain dan dapat berinteraksi dengan orang lain.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat dinyatakan bahwa kecerdasan interpersonal adalah kemampuan berhubungan dengan orang lain yang dapat digambarkan melalui ciri-ciri, seperti mudah a) berhubungan dengan orang lain, b) berteman dan memiliki banyak teman, c) menikmati suasana ketika berada di tengah-tengah orang banyak d) membaca maksud hati orang lain, e) berkomunikasi, f) menengahi pertengkaran, g) menjadi pemimpin di sekolah ataupun di rumah.



Cara mengembangkan kecerdasan intrapersonal pada anak sebagai berikut :
·         Menciptakan citra diri positif, aku anak baik, saya anak yang rajin membantu ibu, dll
·         Ciptakan suasana serta kondisi yang kondusif di rumah yang mendukung pengembangan kemampuan intrapersonal dan penghargaan diri.
·         Menuangkan isi hati dalam jurnal pribadi.
·         Bercakap-cakap memperbincangkan kelemahan, kelebihan dan minat anak.
·         Membayangkan diri di masa datang, lakukan perencangan dengan anak semisal anak ingin seperti apa bila besar nanti

8.            Kecerdasan Naturalis (Naturalis Intelligence)

            Kecerdasan naturalis adalah kecerdasan untuk mencintai keindahan alam melalui pengenalan terhadap flora fauna yang terdapat di lingkungan sekitar dan juga mengamati fenomena alam dan kepekaan/kepedulian terhadap lingkungan sekitar.

Gardner mengemukakan bahwa kecerdasan naturalis merupakan kemampuan memahami alam sekitar, mengenali binatang dan tumbuhan di lingkungan, sensitif terhadap corak yang berkaitan dengan dunia alami seperti awan, formasi batu untuk mengenali dan mengklasifikasi sejumlah spesies flora dan fauna serta lingkungan. Sedang Lazear menyatakan bahwa kecerdasan naturalis merupakan kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan kondisi-kondisi alam seperti tanaman, hewan, cuaca dan aspek-aspek alam di sekitar. Pendapat lain dikemukakan Armstrong yang menyatakan bahwa kecerdasan naturalis merupakan kemampuan mengenali dan mengkategorisasikan spesies flora dan fauna serta kondisi dan benda-benda alam lainnya di lingkungan sekitar. Selanjutnya, Stefanakis mengidentifikasi kecerdasan naturalis dengan ciri-ciri sebagai berikut, yaitu 1) memahami alam, 2) membedakan, mengklasifikasi, menggunakan keistimewaan (features) yang ada di lingkungan, dan 3) saling berinteraksi dengan pohon dan makhluk hidup lainnya46. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dinyatakan bahwa kecerdasan naturalis berkaitan dengan kepekaan terhadap fenomena alam dan lingkungan sekitar. Fenomena alam tersebut berkaitan dengan binatang, tumbuhan, cuaca, seperti panas, dingin, hujan dan benda lainnya, seperti batuan dan tanah.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dapat dinyatakan bahwa kecerdasan naturalis adalah kemampuan memahami dan berinteraksi dengan alam yang dapat digambarkan melalui ciri-ciri, seperti a) mudah berinteraksi dengan binatang, seperti suka merawat hewan peliharaan atau berada didekat akuarium, terarium b) mudah berinteraksi dengan tumbuhan, seperti suka berkebun atau berada dekat kebun, c) mudah beradaptasi dengan kondisi alam.

Cara Stimulasi bagi pengembangan kecerdasan naturalis yakni :
·         Jalan-jalan di alam terbuka.
·         Berdiskusi mengenai apa yang terjadi di alam sekitar.
·         Kegiatan ekostudi agar anak memiliki sikap peduli pada alam sekitar.




9.            Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan dalam memandang makna atau hakikat kehidupan ini sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa yang berkewajiban menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-nya.  

Cara mengembangkan kecerdasan spiritual pada anak usia dini antara lain :
·         Melalui teladan dalam bentuk nyata yang diwujudkan dalam perilaku baik lisan, tulisan maupun perbuatan.
·         Melalui cerita atau dongeng untuk menggambarkan perilaku baik buruk.
·         Mengamati berbagai bukti-bukti kebesaran Sang Pencipta seperti beragam binatang dan aneka tumbuhan serta kekayaan alam lainnya.
·         Mengenalkan dan mencontohkan kegiatan keagamaan secara nyata.
·         Membangun sikap toleransi kepada sesama sebagai makhluk ciptaan Tuhan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar